Sabtu, Februari 21, 2009

MUSEUM TSUNAMI vs DEKADENSI MORAL

Sejak meninggalkan NAD sehari yg lalu, aku masih terbayang-bayang sebuah bangunan yang didirikan di dekat pusat kota Banda Aceh... bentuknya menarik dan bahkan agak aneh..
Sebuah bangunan baru yang didisain oleh seorang arsitek Bandung dengan luas hampir separo lapangan bola... menempati posisi yang cukup strategis didepannya sebuah taman luas yang akan digunakan untuk membangun berbagai bentuk "cindera mata" bagi para donor asing yang telah ikut membangun kembali NAD pasca tsunami.

Kembali ke gedung antik tersebut, setidaknya gedung ini telah diberi nama sebagai "Museum Tsunami" dan rencananya akan diresmikan oleh SBY pada tanggal 20 Pebruari ini. Sayang aku tidak sempat mampir dan melongok ke dalam serta menikmati isinya.... hmmm. apa saja ya yg pantas ditampilkan dalam museum ini ya ...??

Apa berupa sebuah episode tragedi kemanusiaankah? ..atau mendisplay api semangat juang untuk bangkit dari keterpurukankah?...atau ada yang lainnyakah?
Dari seorang driver aseli Aceh yang kebetulan mengantar saya untuk berkeliling ke tempat-tempat "bekas tragedi" tsunami... aku memperoleh kesan bahwa mereka telah bisa melupakan kenangan pahit tersebut... paling tidak tidak ada guratan ketakutan ataupun kesedihan yang membayang disorot matanya.... benarkah ..?
aku cuma bisa berguman lirih ..."semoga ..mereka bisa bener-bener tabah & ikhlas ..!"
Yang surprise buat saya adalah saat dia dengan lugas menyatakan..." kami sudah lebih baik pak...segala jadi lebih mudah apalagi setelah pemilu ... keamanan jadi semakin baik, sekarang kami tidak takut keluar malam kemanapun..." dia dengan antusias menceritakan berbagai kemajuan & kemudahan yang 4 tahun ini mereka rasakan...
Namun ditengah keantusiannya bercerita...tiba-tiba dia menyeletuk" tapi kemajuan itu semua juga diikuti oleh kemesuman yang makin merajalela pak!"
Aku jadi tercekat..." lho kok bisa... kan ada hukum syariah yang telah diterapkan??" ujar dengan penuh keheranan. Dia hanya tersenyum, sambil melihat ke arah jalan, dia lalu berkata lirih.. " Sudah nggak jalan pak!.. WH (polisi syariah, sori saya lupa mengeja lafalnya) sekarang hanya ngurusi kasus maksiat dan mesum aja kok pak.." Lalu dia menambah " meski sudah ada WH tetapi ya itu tetap aja yang mesum tambah banyak ..!"

Dua hal yang menurut saya jadi kontradiktif... yang satu ingin mengenang kepahitan & kebangkitan maupun kemajuan pasca tsunami melalui pembangunan gedung museum tsunami......
tetapi disisi lain ... masyarakat malah kian resah dan cenderung "pasrah" terhadap dekadensi moral berupa kemesuman yang tambah merajalela...!!

paling tidak saat ini mereka mulai khawatir ... apakah tsunami kemarin itu memang merefleksikan "murka" Tuhan... buat mereka yang lupa & dosa... sehingga jika kemesuman yang merajalela kelak kian menggila ...apa tidak mungkin "murka" Tuhan akan terulang kembali....??

3 komentar:

  1. Yah...masyarakat aceh memang ulet, sejarah penuh kekerasan yg panjang telah menempa mereka untuk tetap survive dlm kondisi terberat skalipun...
    Tapi disisi itu dg adanya program prioritas untuk pemulihan bencana dan perang, dg adanya bantuan raksasa baik dlm negeri maupun LN...dapat menyeret mereka dlm kehidupan 'hedonisme'...yg bs berujung pd dekadensi moral...dan akhirnya.,keterpurukan...sayang sungguh sayang...sejarah kelam berulang dlm bentuk ya lain...
    Good post!

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Jika Aceh kembali menangis... maka Indonesiapun akan turut meratap juga..thanks komentnya

    BalasHapus