Minggu, Desember 26, 2010

Permohonanku ..


Alhamdulillah, setelah kurang lebih 40 hari menjalankan rangkaian ibadah haji, akhirnya pada hari Kamis, 16 Desember 2010 pesawat Garuda yang saya tumpangi mendarat dengan selamat sekitar pukul 09.50 WIB di Bandara Adi Soemarmo Solo. Perjalanan udara dari Jeddah menuju tanah air lebih kurang ditempuh 10 jam. Kerinduan untuk segera ketemu dengan anak-anak sudah tak tertahankan. Setelah ada seremonial penyambutan oleh di asrama haji Donohudan akhirnya kami sekloter diangkut 9 bis menuju ke Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang.

Perjalanan via darat ditempuh sekitar 2,5 jam, akhirnya rombongan bis sampai di halaman MAJT sekitar pukul 13.30 WIB. Sudah banyak penjemput, kebetulan bis saya ada di urutan paling bontot. Saat turun ternyata anak-anak yang dibawa oleh bude dan eyangnya belum nongol ..aku sempet meringis kecut apalagi melihat teman-teman jamaah sudah "heboh" saling berpelukan dan bercanda tawa dengan keluarga mereka ..Dimana sih anak-anak ?? Dengan agak tidak sabar aku telepon ke bude yang ngantar..ternyata mereka sudah sampai tetapi bingung mencari lokasi bis ..setelah berkutat sejenak ..alhamdulillah akhirnya mereka nongol juga. Segera aku peluk erat keempat anakku dengan perasaan haru .. Subhanallah ternyata keempat anakku masih dilindungi sehingga tetap sehat dan ceria bahkan yang paling bontot terlihat tambah gemuk.

Setelah cukup kami lalu meluncur pulang, sesampainya di rumah yang baru selanjutnya saya melakukan sujud syukur ... saat itu kembali terlintas dalam ingatan tentang perjalanan yang harus saya tempuh untuk menunaikan haji dengan segala suka dukanya. Sujud syukur ini hanya salah satu dari refleksi rasa terimakasih yang tak terhingga atas segala rahmat dan kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT selama ini. Terkait dengan rasa syukur ini juga saya panjatkan secara khusus dalam salah satu doa saat selesai melaksanakan shalat sunnah dua rakaat didepan maqam Ibrahim a.s sehabis melakukan thawaf. Tempat ini termasuk sebagai salah satu tempat paling mustajab untuk setiap doa yang dipanjatkan. Inti dari doa yang saya sampaikan adalah semoga Allah SWT berkenan menjadikan saya termasuk orang yang bersyukur .. Entah kenapa kok seperti tiba-tiba ada dorongan agar saya memanjatkan doa seperti itu. Pada saat menyampaikan doa tersebut saya merasa sangat malu mengigat telah begitu banyak kenikmatan yang dikaruniakan Allah SWT kepada saya selama ini .. sedangkan untuk sekedar mengucapkan terimakasih dan syukur saja kadang sering lupa atau enggan!

Ada cuplikan bagus dibawah ini yang mungkin cukup bisa merefleksikan sedikit perasaan saya saat memohonkan doa tersebut dan mengapa itu menjadi begitu berharganya untuk saya pribadi.. (link ini saya dapat setelah saya searching untuk menjawab pertanyaan tersebut)

“Mereka (Para Jin) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya, di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”. (Saba’:13)

Dalam pandangan Sayid Qutb, penutup ayat di atas “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur” merupakan sebuah pernyataan akan kelalaian hamba Allah swt dalam mensyukuri nikmat-Nya, meskipun mereka berusaha dengan semaksimal mungkin, tetapi tetap saja mereka tidak akan mampu menandingi nikmat Allah swt yang dikaruniakan terhadap mereka yang tidak terbilang. Sehingga sangat ironis dan merupakan peringatan bagi mereka yang tidak mensyukurinya sama sekali. Dalam hal ini, Umar bin Khattab ra pernah mendengar seseorang berdo’a, “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk golongan yang sedikit”. Mendengar itu, Umar terkejut dan bertanya, “Kenapa engkau berdoa demikian?” Sahabat itu menjawab, “Karena saya mendengar Allah berfirman, “Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur”, makanya aku memohon agar aku termasuk yang sedikit tersebut. (Luthfi Attabiq http://www.dakwatuna.com/2007/menjadi-pribadi-yang-bersyukur/ )

Semoga Allah SWT berkenan mengabulkan permohonan hambanya yang bodoh, pemalas, lemah namun sering sombong ini .. amiin

Pinggir Kaligarang, 26 Desember 2010 jam 16.55

cah bontot

Selasa, November 02, 2010

PanggilanMU


Malam terus bergulir ..saya coba sisihkan sebagian energi yang mulai memuncak saat menjelang keberangkatan sehari lagi untuk menunaikan rukun islam ke-lima. Persiapan untuk meninggalkan rumah termasuk semua urusan pekerjaan selama hampir 40 hari menjadi keunikan tersendiri sekaligus kecemasan yang tentu saja sedikit banyak tetap membayang. Logika-nya sih masih adanya kecemasan itu wajar tapi dari pengalaman beberapa teman atau saudara yang telah menunaikan ibadah ini, hampir seragam mereka bilang ... "wis pasrahke (ikhlas) ke gusti Allah.." dan " memang kudu latihan sabar"

Semoga aja kami berdua memang diberikan energi yang cukup untuk semakin syukur dan ikhlas. Dirahmati samudera kelegawaan untuk bisa semakin sumeleh serta memiliki keistiqomahan yang memadai untuk mampu berlatih sabar dan cerdas mengelola nafsu. Semoga pula keempat anak kami yang ditinggal dirumah akan semakin terlatih kemandiriannya, sanggup memupuk saling mengasihi, mereka dikaruniai keselamatan, kekuatan dan kesehatan lahir maupun bathinnya.

TIdak lupa saya mohon maaf atas segala kekhilafan yang ada selama berinteraksi dengan siapa saja lewat media mana aja, baik disengaja maupun tanpa sengaja .. akhirnya dengan mengucap doa "Bismillaahi tawakaltu 'alallahi laa haula wala quwwata illa billaah !" .. insya Allah besok kami berdua berangkat memenuhi panggilan-MU ya Rabb..

===========================================

PS:

Dalam mempersiapkan semua baik secara fisik maupun bathih, kebetulan saya diberi sebuah buku dari seorang sobat lama dengan judul " Menjadi Manusia Haji" karangan Ali Syari'ati seorang cendekiawan syiah berasal dari Iran. Buku ini direkomendasikan secara khusus unutk dibaca oleh siapa saja yang belum terpanggil untuk haji atau bagi yang sudah siap haji.

Dari hasil searching kebetulan kutemukan sebuah tulisan cukup menarik yang berjudul "20 Kutipan dari Buku Menjadi Manusia Haji - ALI SYARIATI" yang sedikit banyak merangkum sebagian isi dari buku tersebut.

20 Kutipan dari Buku Menjadi Manusia Haji - ALI SYARIATI

“Esensi ritual haji adalah evolusi eksistensial manusia menuju Allah. Haji adalah drama simbolik dari filsafat penciptaan anak cucu Adam.” “Haji adalah perjalanan kehidupan, perjalanan totalitas diri, sebuah perjalanan suci (secret journey).”

“Haji menentang semua bentuk perjuangan yang tak bertujuan.”“Eksistensi manusia tidak berarti dan tak berharga sama sekali kecuali jika tujuan hidupnya adalah senantiasa untuk mendekati ruh Allah.”

"Dalam perpaduan pada haji, nama, ras, dan status sosial tercampakkan. Yang kita rasakan adalah persatuan absolut. Inilah drama kolosal monoteisme yang sedang dipanggungkan manusia.”

“Bahkan dengan pekerjaanmu sendiri, engkau menjadi budak dengan bekerja karena dorongan kebiasaan atau terpaksa! Sekarang tinggalkanlah pola yang demikian. Milikilah “kesadaran” yang sebenar-benarnya mengenai Allah Yang Maha Besar, manusia, dan dirimu sendiri. Ambillah tugas yang baru, arah yang baru, dan keakuan yang baru.”

“Wahai manusia, bayangkanlah dirimu sebagai sebuah partikel besi dalam medan magnet: bayangkanlah engkau seolah-olah berada di antara berjuta-juta burung putih yang sedang bermikraj.” “Engkau akan menyaksikan sebuah gelombang putih sedang berduyun-duyun menuruni bukit menuju masjidil haram. Sebagai salah seorang diantar mereka engkau merasa bahwa dirimu adalah tidak lebih dari setetes air di tengah samudra!”

“Betapa indahnya ka’bah yang kosong ini. Kekosongan ini yang menjadi penunjuk arah untuk gerakan selanjutnya. Ya, ka’bah hanyalah sebuah tonggak penunjuk jalan.” “Inilah gerakan abadi menuju Allah. Bukan menuju Ka’bah.”

“Kabah menghadap ke setiap arah dan tidak menghadap ke arah manapun juga. Walau tak berarah, tetapi dengan menghadap Kabah ketika shalat sesungguhnya engkau menghadap Allah. Mungkin ketiadaan arah ini sulit dipahami, tetapi disana kita bisa merasakan keuniversaltasan dan kemutlakan.”

“Nabi Muhammad berkata, “Muhajir yang ideal adalah yang berbuat seperti Hajar.” “Nama hajar berarti kota, melambangkan peradaban. Selanjutnya, setiap hijrah, seperti yang dilakukannya, adalah sebuah gerakan menuju peradaban.”

“Tawaf adalah gerakan cinta. Gerakan cinta ialah gerakan seekor kupu-kupu. Kupu-kupu yang berputar-putar menghampiri nyala lilin hingga tubuhnya terbakar dan hangus, sedangkan abunya hilang diterbangkan angin, hilang dalam padang cinta, dan mati dalam cahaya.”

“Di maqam Ibrahim, engkau bersilaturahmi dengan Allah dengan begitu akrabnya. Hiduplah seperti Ibrahim dan jadilah arsitek Kabah di negeri dan eramu masing-masing. Membuat negerimu aman sebagaimana yang engkau rasakan sendiri di tanah Haram. Membuat dunia ini sebagai masjid yang damai.”

“Sa’i benar-benar bersifat material, kebutuhan material, tujuan material, dan aksi material.”

“Air tidak ditemukan lewat ikhtiar yang memayahkan, tetapi melalui cinta setelah kita bekerja secara serius dan sungguh-sungguh.”

“Mengunjungi Kabah dalam haji umrah engkau dapat menemukan dirimu sendiri dan setelah itu barulah engkau menemui Allah.”

“Arafat berarti pengetahuan dan sains; Masyar berarti kesadaran dan kepahaman; dan Mina berarti cinta dan keteguhan jiwa.”

“Kemenangan harus terpancar dari wajahmu, bukan dari sesuatu yang terlihat olehmu.” (Andre Gide, filsuf Perancis)

“Wahai gelombang-gelombang, sesungguhnya eksistensi kalian tergantung pada “gerak” kalian dan jika kalian tidak bergerak kalian adalah mati!”

“Engkau adalah penghuni dari empat buah penjara raksasa, yaitu alam, sejarah, masyarakat, dan dirimu sendiri.”

“Engkau berada disini untuk memetik ajar budi bahwa tanpa disertai orang-orang lain , usahamu untuk mencari surga tak beda dengan usaha seorang yang tamak dan itu sangat buruk.”

"Nabi Muhammad bersabda, “Jika pada kehidupan akhir kelak seseorang belum juga mau urun pikiran untuk kesejahteraan masyarakatnya atau bellu mengusahakan hal itu, maka ia bukanlah seorang muslim.” (Pertanyakan pada dirimu sendiri pertanyaan yang sepanjang masa diajukan manusia: Apa saja yang harus kit alakukan untuk masyarakat?”

“Bahaya paling besar yang dihadapi umat manusia zaman sekarang ini bukanlah ledakan atom, melainkan transformasi sifat asasi manusia.” (Shadel) “Tragedi masa kini adalah “alienasi” manusia yang berarti menjadi tidak bersahabat (unfriendly) dan menjadi tidak acuh (indifferent).”


http://www.kumpulankatamutiara.com/2009/01/menjadi-manusia-haji-panduan-memahami.html

Jumat, Oktober 08, 2010

Reuni (Lagi)


Saat mendekati salah satu momentum terpenting dalam siklus hidupku dan mungkin kebanyakan muslim lain, yaitu menjadi "tamu" di rumah gusti Allah di awal bulan nopember (insya allah) .. ternyata kesibukan urusan dunia masih terus mengalir bagai tiada jeda. Salah satu yang paling dekat, akhir pekan ini akan ada reuni perak dengan temen-temen kedokteran angkatan 85.

Reuni (lagi) ini meski penuh dengan kenangan dan sensasi tersendiri karena baru dipertemukan kembali setelah 25 tahun tak bersua. Akan tetapi greget yang terasa nggak "sepanas" saat reuni SMA yang baru aja selesai digelar bulan Mei kemarin. Bukan bermaksud membandingkan namun itulah kenyataan yang terasa. Bisa aja ini terlalu subyektif mengingat aku memang terlibat sebagai panitia yang mau nggak mau dipaksa harus "all out" mempersiapkan sampai mengawal agar reuni SMA dapat sukses terlaksana dengan melibatkan lebih banyak acara dan orang/undangan. Sedangkan untuk reuni FK 85 kepanitiaan dipegang oleh tim EO yang disewa untuk itu, sehingga kesannya benar-benar hanya jadi "tamu" aja tak lebih tak kurang..

Rencana disain acara secara umum relatif "standar" antara lain berupa "family game" diikuti malamnya ada "gala dinner" sebagai puncak acara dan besoknya "napak tilas" di kampus ditambah "diskusi informal" dan diakhiri dengan makan siang bersama. Bagaimanapun saya bener-bener mengapresiasi atas inisiatif dan jerih payah dari beberapa temen yang terlibat sebagai panitia inti reuni perak FK 85 ini. Sebagaimana niat dan hikmah dari sebuah reuni adalah untuk menyambung tali silaturahmi diantara temen-temen yang sempat terputus ..semoga setelah reuni akan membawa banyak keberkahan buat kita semua.


Pinggir Kaligarang,

SPJ

Rabu, September 29, 2010

Bau Kencur


Sekitar sebulan yang lalu tiba-tiba HP ku bunyi, siang itu penat rasanya dengan matahari yg terlihat garang diatas sana. Kulirik ternyata dari fakultas, dengan agak enggan kuangkat, langsung terdengar suara yg sangat kukenal, Linda si sekretaris Dekan.

"Halo, selamat siang pak STP .." teriak Linda dengan nada guyon seperti biasa. "Ya, napa Lin?" jawabku pendek sembari beringsut menegakkan dudukku. Dia langsung nyerocos yang intinya memberitahu kalau saya diminta oleh Dekan agar masuk tim penulis sebuah buku sejarah tentang pendirian sebuah Rumah Sakit Umum di kota ini. Aku awalnya bengong ... "lho kok aku sih ..? wah tapi cukup menarik dan menantang juga nih pekerjaan .. " bathin saya. Dengan segera aku mengiyakan aja penunjukkan ini nggak tahu nanti bagaimana dan kerjasamanya dengan siapa, sekilas dapat informasi rekan kerjaku ditunjuk wartawan senior dari beberapa media cetak lokal. Ada kesempatan nih untuk berkolaborasi dan nambah ilmu tentang dunia tulis menulis dengan mereka, maklumlah saya sendiri termasuk penulis buku yang masih "bau kencur".

Akhirnya setelah beberapa kali bertemu untuk penyiapan dan membagi tugas dengan tim yang semuanya berjumlah 3 orang termasuk saya. Maka dalam minggu ini kami mulai hunting nara sumber yang utamanya berasal dari para mantan direktur dan direktur yang masih aktif beserta staf kunci lainnya. Perkiaraan saya untuk pengumpulan bahan dan penulisan draft awal akan berakhir dalam 2 minggu kedepan. Sesuai dengan agenda maka akan ada forum konsultasi dengan para nara sumber tersebut untuk klarifikasi dan revisi draft. Jika sudah di setujui maka langsung siap cetak. Ketebalan buku diperkirakan antara 200 - 300 halaman, full collour dan hardcover. Semoga prosesnya bisa lancar dan hasilnya tidak mengecewakan ya ..

Pinggir Kaligarang, 29 September 2010

Minggu, September 12, 2010

ALHAMDULILLAH..



Alunan takbir, tahmid dan tahlil sepertinya masih terngiang ditelinga menandakan berakhirnya ramadhan yang berlangsung sebulan penuh. Aku cukup lama tercenung di depan PC-ku, mencoba mencerna dan meresapi kembali beberapa peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi dalam seminggu kedepan. Paling tidak ada tiga momentum penting yang kebetulan berurutan terjadinya di medio bulan September tahun ini. Terlepas tentu masih ada sekian banyak agenda yang mesti diselesaikan lainnya, namun berlangsungnya beberapa peristiwa penting berikut ini tetaplah terasa begitu mengharukan sekaligus menggairahkan.

Momentum yang pertama adalah lebaran untuk tahun ini bisa hadir 9 dari 10 anak beserta keluarga masing-masing. Luar biasa ramai dan hangat suasananya meskipun ini tahun kedua kami jadi "anak yatim piatu". Lebaran yang diisi oleh updating perkembangan masing-masing keluarga urut mulai yang paling mbarep sampai paling bontot. Puncak acaranya dikemas layaknya ajang pencari bakat atau idol dengan lomba karaoke berpasangan dan harus bukan dari satu keluarga/kota tempat asal biar terasa guyub dan melebur dalam nikmatnya silaturahmi setulusnya.

Momentum kedua,ditandai dengan saya sekeluarga akan segera boyongan menempati "gubug" sendiri yang lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah keluarga. Sebuah pencapaian dari perjalanan cukup panjang dan melelahkan.

Momentum terakhir, akan dilaksanakannya mendak dua tahun memperingati wafatnya almarhumah ibu insya Allah jatuh tepat seminggu setelah lebaran idul fitri 1431 H yakni tanggal 18 September 2010. Seperti biasa akan menyelenggarakan tahlilan mengundang sejumlah anak yatim piatu yang selama ini telah setia menemani dan ikut support doa.

Tiada ucap yang bisa saya sampaikan saat ini kecuali satu kata .. "ALHAMDULILLAH .."


Pinggir Kaligarang, 13 September 2010 pukul 14.40

Minggu, Agustus 22, 2010

Anak Lanangku

Anak lanangku,

13 tahun lebih sehari yang lalu kamu lahir kedunia di sebuah rumah bersalin kecil di dekat rumah saat itu waktu menunjukkan sekitar jam lima pagi. Bapakmu terpaksa nggak bisa ikut menemani ibumu, Bapak sedang ada pelatihan di Jogyakarta.

Saat itu kamu lahir dengan BB 3,9 Kg dan panjang badan 52 cm, termasuk normal mendekati besar. Bapakmu sebenarnya pengin menunggui kamu menghirup udara pertama kali dan menyambutmu dg gendongan serta membisikkan suara adzan dan qomat dikedua telingamu, suara yg pertama kali kau dengar dan insya allah nanti terakhir kali kau
dengar pula di dunia ini.

Anak lanangku,

Bapak mungkin tak terlalu dekat denganmu selama ini, dengan umurmu sudah mulai akil balig terus terang Bapak merasa agak jengah. Betapa hari-harimu mungkin tidak sepenuhnya bisa merasakan kehadiran seorang bapak seperti layaknya bapak yang baik dan mendidik.

Anak lanangku,

Mungkin belum ada yang membuatmu bangga dan merasa terayomi dengan figur seperti Bapak ini, banyak kesalahan dan kekhilafan yang telah Bapak lakukan dengan sengaja ataupun tidak saat membesarkanmu. Kecewamu mungkin bagaimanapun akan Bapak terima dengan sedih hati pula. Untuk itu maafkan Bapakmu ya nak ..

Anak lanangku,
Jika ada suri tauladan yang bisa kamu ambil dan jadikan bekal untuk hidupmu kelak dari figur Bapak, tolong simpanlah dengan sebaik-baiknya karena mungkin hanya itulah warisan dari Bapak yang terbaik

Anak lanangku,
Manakala engkau kelak sudah siap menjadi seorang Bapak, ingatlah jangan sampai engkau ulangi kesalahan dan kekhilafan Bapak saat mendidik engkau. Dengan itu saja engkau telah membuat Bapak berterimakasih dan bersyukur nak ..

Anak lanangku,
Selamat hari ulang tahun, kamu kian dewasa dan Bapak akan selalu bangga apapun yang akan kamu perjuangkan dan kamu raih untuk masa depanmu, karena Bapak sepenuhnya sayang dan percaya kamu tidak akan mengecewakan siapapun termasuk kamu sendiri maupun Bapakmu .. Semoga ditiap langkahmu mendapatkan kemudahan dan keberkahan dari Allah ..amiin.

Ini ada sebuah lagu dari penyanyi favorit Bapak semoga suatu saat kamu bisa membaca postingan ini seraya diiringi lagu ini ya :)


Pinggir Kaligarang, 22 Agustus 2010. 09.40

==================================================================

"Father To Son"

Somewhere down the road, you're gonna find a place
It seems so far, but it never is
You won't need to stay, but you might lose your strength
on the way

Sometimes you may feel you're the only one
Cos all the things you thought were safe, now they're gone
But you won't be alone, I'll be here to carry you along
Watching you 'til all your work is done

When you find your heart, you'd better run with it
Cos when she comes along, she could be breaking it
No there's nothing wrong, you're learning to be strong
Don't look back
She may soon be gone, no don't look back
She's not the only one, remember that

If your heart is beating fast, then you know she's right
If you don't know what to say, well, that's all right
You don't know what to do?
Remember she is just as scared as you

Don't be shy, even when it hurts to say
Remember, you're gonna get hurt someday, anyway
Then you must lift your head, keep it there
Remember what I said
I'll always be with you don't forget
Just look over your shoulder I'll be there.

If you look behind you, I will be there.


Selasa, Agustus 10, 2010

Sisi Lain Sang Proklamator



Ditengah maraknya menyambut ramadhan dan saling memaafkan diantara kita, ijinkan saya menyela kegembiraan itu dg sharing sebuah saduran tulisan tentang sisi lain ketokohan dari sang proklamator. Semoga kita tdk melupakan utk ikut bersyukur atas kemerdekaan bangsa kita 65 th yg lalu .. Maturnuwun.

=======================================================

Sopir Bung Karno Itu Bernama Arif....

Pada tanggal tahun 1927, Bung Karno menulis di Soeloeh Indonesia dan berseru untuk menghentikan konflik antara kelompok Non Kooperasi (tidak mau bekerjasama dengan pemerintah hindia belanda) dan Ko (Kooperasi, mau bekerjasama dalam sistem kolonial dan masuk ke dalam Voolksrad). Bung Karno berkata : "Bukanlah sebuah soal bahwa kita harus terpecah, tapi soal dari segala soal adalah bagaimana kita bersatu". Dari Bandung ke Batavia (sekarang Djakarta). Bung Karno mondar-mandir untuk menyatukan beberapa kelompok yang terlibat konflik. Anak muda berumur 26 tahun itu begitu mempesona banyak orang pergerakan yang sudah senior-senior dan Bung Karno berhasil menyatukan mereka. Jong Tjelebes, Kaum Betawi, Pasundan, Serikat Sumatera, Sarekat Madura, Perserikatan Tjelebes, Kelompok Tirtajasa (Banten) tunduk di bawah Bung Karno dan mereka menyatakan 'Sukarno-lah pemimpin Indonesia'. Hal inilah yang membuat MH Thamrin terpesona. Jika ke Djakarta dipastikan Sukarno pasti ke rumah Thamrin di Gang Kenari dari sana dia diajak muter-muter oleh Thamrin ke tempat orang penting pergerakan untuk membangun jaringan koneksi perjuangan.

Tapi namanya orang pergerakan mana pernah Bung Karno pegang duit banyak, seperti kebanyakan arek Surabaya lainnya modal Bung Karno nekat dan kemauan yang keras. Nah, yang sering bantu jika muter-muter ke Jakarta ini adalah Arif yang bekerja sebagai sopir taksi. Dia mangkalnya di depan stasiun Gambir. Nah, Bung Karno ini kalau dari bandung naik kereta dan turun di Gambir, awalnya ia kebetulan saja berjumpa dengan Arif dan ia minta dianterin ke Gang Kenari, Keramat. Arif langsung bilang "Wah, Gang Kenari tempatnya Babe Thamrin?" Bung Karno menjawab dengan logat sunda "Betul..sekali"....sambil tertawa.

Bung Karno ini orangnya seneng ngobrol dan salah satu kepandaiannya adalah bercerita dan mengorek informasi tentang keadaan lawan bicaranya, ia senang dengan sejarah orang per orang yang dikenalnya dan akan selalu ingat sampai kapanpun, Bung Karno menanyakan keadaan arif dan latar belakangnya .

Setelah Bung Karno mendengar kondisi susah keluarganya Arif, Bung Karno menoleh ke Arief "Kamu tau" kata Bung Karno sambil tangannya nunjuk-nunjuk. "Kita ini dijajah dan mustinya, kamu orang ini tidak susah" Arif menjawab "Wah, kalo susah sih emang udah nasibnye kite-kite orang Bang" Arif di awal perkenalannya dengan Bung Karno selalu memanggil dengan sapaan 'Bang'.

"Arif, sebuah bangsa diciptakan untuk jadi mandiri" kata Bung Karno. Arif nanya "Ape bise kita bang kayak orang belanda noh, terdidik dan makan enak di rumah gedongan" Bung Karno menjawab "Ya, bisa dan itu harus, arif...harus...kerna lu tau tanah ini milik kita" Kata Bung Karno dengan menggunakan dialek Betawi. Banyak orang yang mungkin tidak tau bahwa Bung Karno ini suka bicara dengan dialek Betawi, lu..lu ..gue..gue. "Milik kite pegimane Bang?". Kata Arif bingung. "Ya milik kita kerna lu punya nenek moyang nyang babat tuh hutan, tapi nyang makan Belande Gile.." Kata Bung Karno berapi-api. Sampai di rumah MH Thamrin Bung Karno masih semangat aja ceritanya. Dan lebih dari lima tahun Bung Karno berlangganan taksi dengan si Arif ini.

Seperti yang diketahui salah satu karakter khas Bung Karno adalah dia nggak doyan pegang duit banyak. Ini kebiasaan dari muda. Di kepalanya cuman isinya gimana memerdekakan bangsanya, membuat bangsanya menjadi terhormat, hal-hal detil kayak uang mana pernah nyantel di otak Bung Karno. Arif udah ngerti kebiasaan Bung Karno kalo udah ngeraba-raba dompet mukanya rada pucet nah berarti Bung Karno lagi nggak pegang duit "Wah, Rif kayaknye gue kehabisan duit" kata Bung Karno. Arif ketawa dan bilang terus terang "Udah kagak usah dipikirin bang, yang penting saya bisa jemput abang besok pagi". Arif merasa malu juga sama Bung Karno ini, sementara Bung Karno masih muda belia sudah sibuk ngurusin rakyatnya dan bertanggung jawab terhadap masa depan Bangsa Indonesia, ia masih enak-enakan cari rejeki buat makan. Arif seperti jutaan orang Indonesia lainnya mencintai Bung Karno tanpa reserve....

Akhir minggu Bung Karno dijemput Arif di Gambir. Dan seperti biasanya, Bung Karno selalu bercanda dan tertawa terus-terusan sepanjang perjalanan. Bung Karno senang bercerita banyak hal, mulai dari kelakuan belanda yang dikerjain sama dia sampai dengan lelucon-lelucon tentang teman-temannya, dan juga Bung Karno ngeledekin Arif dulu" Arif selalu kepingkel-pingkel kalau denger Bung Karno cerita. Nah, pada 1 Agustus 1933 Arif ke Gang Kenari jemput Bung Karno untuk dianter ke Lapangan Gambir. Tapi ia melihat rumah MH Thamrin lagi banyak orang, Arif ketemu salah seorang keluarga Thamrin dia nanya "Mana Bang Karno?" orang itu menyahut "Semalem rumah ini digerebek Polisi, Bung Karno ditahan kayaknye sih langsung dijeblosin ke penjare" kata orang itu. Si Arif langsung tersedak, ia menahan air matanya yang mau keluar. "Nggak nyangke si abang nih, kemaren masi becande-becande eh, nih pagi udah di penjare, gimana nasibnye ye" pikir si Arif.

Tiap pagi si Arif nyari koran untuk cari tau Bung Karno. Hari demi hari, bulan demi bulan, Arif mengikuti perkembangan Bung Karno. Ia sambangin tukang koran buat cari tau berita tentang sohibnya ini. Arif meneteskan air mata saat ia melihat foto Bung Karno sedang berjalan di tepi galangan kapal Surabaya untuk diberangkatkan ke Surabaya. "Saya sedih banget, si abang mau digelandang ke pulau luar Jawa, pegimane nasibnye" kenang Arif suatu saat.

Suatu saat tak lama setelah Djepang masuk dan Belanda kalang kabut meninggalkan Indonesia di satu malam . Tiba-tiba di depan pintu rumah Arif ada orang ngetuk akhir tahun 1942. "Rif..Rif...bangun lu" Si Arif bangun ngucek-ngucek mata dan ia terbelalak saat melihat Bung Karno di depannya. "Ha, Bang...si Abang dah balik" Si Arif nyiumin Tangan Bung Karno. "Rif, nih duit utang gue dulu..sama ini lu jadi sopir pribadi gue ya" kata Bung Karno dengan gayanya yang udah agak lain, maklum dia baru dibeliin jas sama Anwar Tjokroaminoto di Pasar Baru. Arif mengangguk. "Baik bang...ane entar ke tempat abang, dimane abang tinggal? masi di Bandung?" Bung Karno dengan nada gagah membalas "Pegangsaan dong Rif, rumah orang gedongan" kata Bung Karno sambil menepuk-nepuk pundak Arif. Dan Arif jadilah sopir Bung Karno.

Di Jaman Jepang bensin dibatesin, cuman si Arif nih nekat. Ia sering nyuri bensin dari perwira Djepang buat diisiin ke mobil Bung Karno, resikonya tentu mati kalo ketahuan. Tapi Arif kagak mau kalo Bung Karno susah mau ketemu-temu orang. Setelah merdeka Arif selalu ngikutin Bung Karno. Waktu awal-awal Indonesia merdeka Bung Karno kalo tidur selalu ngumpet di kolong tempat tidur, begitu juga Fatmawati dan Guntur. Bung Karno selalu berpindah-pindah rumah. Bung Karno ini salah satu sasaran target penculikan paling penting pasukan penjajah. Pernah suatu saat kamar Bung Karno kena berondong peluru nyasar. Arif yang bersihkan selongsong peluru itu. Ia tau Bung Karno sedang berjuang demi bangsanya, supaya anak cucu arief ke depan bisa menjadi orang makmur dan terhormat.

Waktu Bung Karno ke Yogya, Arif ikut. Saat Bung Karno ditangkep pasukan Van Langen Arif nangis sesenggukan di kap mobil Bung Karno. Arif sendiri yang jemput Bung Karno bulan Desember 1949 di Bandara Kemayoran saat jutaan rakyat Djakarta menyemut untuk menyambut Bung Karno dan Bung Karno berpidato dengan kebanggaan sebuah bangsa : "saudara-saudaraku tukang becak!, Saudara-saudaraku Tukang Sayur, Saudara-saudaraku Pegawai kecil....Kita sudah Merdeka!!..." dan Arif menangis, ia ingat anak muda yang dulu sering kehabisan uang, anak muda yang dulu berani menatap tembok penjara demi bangsanya. Berdiri dengan gagah bersama jutaan rakyat menjadi bangsa terhormat.

Arif ikut Bung Karno lama, selain Arif ada Saro'i. Arif biasanya nyetirin buat Bung Karno dan Saro'i untuk keluarga Bung Karno macem Guntur. Suatu saat Bung karno lagi duduk di beranda istana sambil baca buku. Arif dateng ia merasa tidak mampu lagi nyetir, "dah umur kata Arif" Bung Karno nanya "Rif, lu pensiun tapi lu mau apa?" biasalah cita-cita tertinggi orang Betawi dan merupakan kemuliaan hidup seorang muslim adalah naik haji. Arif bilang "Naik haji" Bung Karno langsung menjabat tangan Arif dan memerintahkan agar ia segera naik haji.



Jalan seorang Pahlawan bukanlah jalan yang sunyi, bukan jalan yang senyap ia jalan yang ramai, yang didukung banyak orang yang mencintai sang Pahlawan. Arif adalah salah satu gambaran bagaimana seorang pemimpin tidak pernah melupakan jasa seseorang, walaupun dia orang kecil. Dan Bung Karno selalu menempatkan orang pada kemanusiaannya pada posisi yang terhormat. Itulah manusia yang berjiwa besar. Dari Bung Karno kita banyak belajar..............

Selamat memperingati HUT RI ke 65 .. Merdeka atoe Mati !

Sabtu, Agustus 07, 2010

INTRIK


Intrik selalu ada di setiap komunitas dimanapun berada, bahkan di lembaga keagamaan yang katanya menjunjung tinggi nilai etika ataupun di dunia kampus yang katanya menjunjung tinggi profesionalitas dan obyektivitas.

Intrik lebih banyak terjadi karena berbagai motif utama biasanya terkait tahta, harta dan wanita/gender.

Kepiawaian dalam melakukan intrik nggak bakal didapat dalam bangku sekolah, dia kelihatannya baru bisa diperoleh melalui proses pembelajaran/latihan secara langsung, bahkan mungkin otodidak karena dengan ditunjang oleh watak/karakteristik tertentu agaknya bisa lebih cepat menguasai berbagai teknik/metode melakukan intrik.

Bagaimana sikap kita selama ini jika melihat intrik dengan berbagai macam motif/alasan maupun tujuannya masing-masing ? Ada yg mungkin kaget dan terbengong-bengong, ada yang lalu bersikap agresif melawan, ada yang hanya diam tapi dengan perasaan marah atau sungkan, atau ada pula yang sampai muak dan jijik melihat tingkah polah para pelaku intrik tersebut..

Dunia ini panggung sandiwara judul lagu terkenal yang dulu dinyanyikan Duo Kribo si Achmad Albar dan Ucok AK seakan kembali terngiang dikuping ini ..

Dunia ini panggung sandiwara
Cerita yang mudah berubah
Kisah Mahabarata atau tragedi dari Yunani
Setiap kita dapat satu peranan
Yang harus kita mainkan
Ada peran wajar ada peran berpura pura

Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara

Peran yang kocak bikin kita terbahak bahak
Peran bercinta bikin orang mabuk kepayang
Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

Mengapa kita bersandiwara
Mengapa kita bersandiwara

Dunia ini penuh peranan
Dunia ini bagaikan jembatan kehidupan

Mengapa kita bersandiwara

Kamis, Juli 29, 2010

NJAWANI ..


Pagi kawan,

Kopi pagi ini terasa lebih nikmat.. bukan karena ganti merk atau bikin oplosan anyar. Seperti biasa kuseduh pelan-pelan sesaat selesai shalat subuh jamaah bareng anak-anak. Kebetulan my BJ sedang ke Jogya 5 hari ikut kursus tentang skin care sehingga agenda rutin jalan-jalan pagi sementara diganti acara ngoprak-oprak anak untuk sekolah dipagi hari. Maklumlah dengan 4 anak bervariasi dari SMA kelas 3 yang paling mbarep sampai yang terkecil baru masuk TK 2 minggu ini, tentu sulit jika semuanya kulakukan sendirian apalagi diselingi hobi jalan pagi yang biasanya menghabiskan waktu sampai 1 jam lebih.

Kembali lagi, pagi ini saya seperti biasa memperoleh beberapa "pencerahan" melalui postingan dari temen atau saudara biasanya kalau nggak lewat email atau BBM. Setelah yang kemarin saya sharing tentang fenomena "belajar dari elang" , maka kali ini ada satu postingan yang menarik dan kuberi judul singkat : NJAWANI (maaf sumber dan pengarangnya tidak tercantum). Monggo silahkan dinikmati, semoga efeknya sama seperti saya minimal membikin ngopinya jadi lebih nikmat ..

10 Filosofi Hidup orang Jawa

1. Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat nagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik)

2. Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).

3. Sura Dira Jaya Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)

4. Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)

5. Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).

6. Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).

7. Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).

8. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah;Jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).

9. Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).

10. Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).


Pinggir kaligarang, 290710

Minggu, Juli 25, 2010

BELAJAR DARI ELANG



Perubahan adalah yang abadi .. sebuah ungkapan yang sudah sering kita dengar namun kadang lupa untuk kita renungkan.

Perubahan merupakan pilihan diantara keniscayaan yang terbentang secara pasti antara ya dan tidak .. dimana yang membedakan salah satunya adalah sifatnya apakah transformasi secara bertahap dan parsial atau seketika dan total. Masing-masing jelas memerlukan berbagai syarat dan sekaligus konsekwensi yang kadang tak terperi sebelumnya.

Minggu siang ditengah istirahat menikmati liburan bareng anak-anak di rumah, tiba2 terdengan bunyi yang khas menandai ada sebuah pesan via Black Berry (BB). Ternyata ada postingan dari sedulur yang cukup menarik dan akhirnya memberikan stimulus saya untuk menuangkan dalam blog ini. Berikut ini secara lengkap postingan (sayangnya sumber tulisan tidak tercantum)

Elang merupakan jenis unggas yg mempunyai umur paling panjang di dunia, dpt mencapai 70 thn. Tapi utk mencapai umur itu seekor elang hrs membuat keputusan besar pd umurnya yg ke 40.

Saat umur 40 thn, cakarnya mulai menua, paruh menjadi panjang dan membengkok hingga hampir menyentuh dada. Sayapnya mjd sgt berat karena bulunya telah tumbuh lebat dan tebal, sehingga menyulitkan saat terbang. Saat itu, ia hanya mempunyai 2 pilihan: Menunggu kematian atau menjalani proses transformasi yg menyakitkan selama 150 hari.

Saat melakukan transformasi itu, ia harus berusaha keras terbang ke atas puncak gunung utk kemudian membuat sarang di tepi jurang, berhenti dan tinggal di sana selama proses berlangsung.

Pertama, ia hrs mematukkan paruhnya pada batu karang sampai paruh tersebut terlepas dr mulutnya, dan kemudian menunggu tumbuhnya paruh baru. Dengan paruh yg baru tumbuh itu, ia hrs mencabut satu persatu cakar-cakarnya dan ketika cakar yg baru sudah tumbuh, ia akan mencabut bulu badannya satu demi satu. Suatu proses yg panjang dan menyakitkan.

5 bulan kemudian, bulu2 yg baru sudah tumbuh. Ia mulai dapat terbang kembali. Dengan paruh dan cakar baru, ia mulai menjalani 30 tahun kehidupan barunya dengan penuh energi!

Dalam kehidupan, kadang kita juga harus melakukan suatu keputusan yg BESAR untuk memulai sesuatu proses PEMBARUAN. Berani membuang kebiasaan2 lama yg mengikat, meskipun itu adalah sesuatu yg menyenangkan dan melenakan.

Hanya bila kita bersedia melepaskan beban lama, membuka diri untuk belajar hal2 baru, kita mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kita yg terpendam, mengasah keahlian kita sepenuhnya dan menatap masa depan dengan penuh keyakinan!

Tantangan terbesar untuk berubah ada di dalam diri sendiri dan kitalah sang penguasa atas diri kita sendiri! Have a great day, Eagle!


">

Minggu, Juli 04, 2010

Kamar Kosong



Ini bukan sebuah kekeliruan ..
Manakala bathin masih menggeliat meski telah lama tersekat ..
Atau ini jangan dianggap sekedar pencari nikmat..
Seandainya kamar kosong itu tiba-tiba kembali terkuak ..
Bisa saja ini hanya bagai fatamorgana ..
Biar saja meski tak nyata namun masih tetap berasa
Logika kadang memang nggak akan terpakai
Seandaipun dicoba..toh sulit untuk sampai
Instinglah yang berani bersuara ..
dan itupun bukanlah emosi yang tak berujung tepi..

pinggir kaligarang, 4 juli 2010

Jumat, Juni 04, 2010

Adaptasi

Apa yang terjadi saat kita memasuki tempat kerja yang baru ? Hampir sama ya .. ada ketegangan bercampur kebingungan atau mungkin malah sebaliknya santai dan cuek abisss..? Adaptasi memasuki pekerjaan baru tergantung banyak faktor salah satunya ya dari si orangnya sendiri! Mungkin semakin percaya diri seseorang makin lancarlah proses adaptasinya ..tapi serapi-rapinya orang pasti ada saja kejadian-kejadian tak terduga yg tadinya bahkan nggak pernah terbayangkan sebelumnya.



Bagaimana buat seorang SMI ? Ha ha ha ... tentu sama saja seperti yang lain..
Mulai dari mencari rumah, mencarikan sekolah buat anaknya dan menjadi "warga biasa" dikomunitas baru di Washington DC yang harus menyiapkan sendiri beberapa pekerjaan rumah tangganya selayaknya ibu rumah tangga pada umumnya. Tiada lagi protokoler dan ajudan yang siap mendampingi kemanapun dia pergi. Meskipun memang terkesan lebih repot namun semua kebiasaan itu bukan sesuatu yang asing karena sejak kecil dia dididik dan dibesarkan dalam situasi yang prihatin dan menuntut kemandirian. Semoga proses adaptasi dan transisinya bisa cepat kelar sehingga nama Indonesia bisa cepat berkibar di seantero dunia melalui berbagai karya nyatamu untuk kesejahteraan ekonomi dunia yang lebih baik dan adil bagi semua.

Kamis, Mei 06, 2010

KARENA ENGKAU TELAH MEMUTUSKAN NAMUN BUKAN MENGINGINKAN


Setiap manusia pasti memiliki kebebasan untuk memilih sekalipun pilihannya belum tentu sama dengan keinginannya. Satu sifat manusia adalah tidak ingin menderita, tapi bukan karena tidak ingin menderita berarti semuanya menjadi sah-sah saja.

Pada satu momen dimana pilihan makin sedikit dan dampaknya makin besar maka sifat kehati-hatian saja tidaklah pernah akan cukup.

Pada satu saat dimana kebuntuan pikiran telah makin merusak logika, maka bisa saja yang kemudian muncul sebagai panglima adalah insting yang dipandu kejernihan suara hati atau sebaliknya emosi yang makin membutakan.

Dan akhirnya kita semua tahu sekarang bahwa ENGKAU TELAH MEMUTUSKAN ...
tapi tidak semua orang akan paham bahwa sejatinya ENGKAU TIDAK MENGINGINKAN..

karena aku tahu pasti bahwa....

ditiap detak jantungmu mengalir deras merah putih ..
ditiap hembus nafasmu mengalun nada cinta yang menggetarkan tuk bangsa ini..

dan mungkin ...sekali lagi mungkin

kamilah yang membutuhkan engkau ..
bukan engkau yang membutuhkan kami..


Tepi Kaligarang, 6 Mei 2010

Minggu, April 25, 2010

Menunggu Petruk Dadi Ratu

Sekitar tiga hari yang lalu, tiba tiba masuk sebuah email dari kangmasku yang tinggal di Bontang. Sejenak kuperhatikan dari judulnya sepertinya nggak seperti biasanya "PETRUK DADI RATU". Ini merupakan lakon wayang yang sudah sering dipagelarkan dalam acara-acara tertentu kelihatannya yang cukup sering ditanggap saat pemilihan atau pelantikan pejabat baru. Mungkin ada beberapa nilai hikmah yang ingin diinget oleh para pejabat baru tersebut terkait dengan posisinya sebagai seorang pemimpin. Sebenarnya saya jg pernah menulis dengan judul Petruk Dadi Ratu diblog ini bulan Juni 2009 kemarin, tetapi dalam konteks & tujuan yang berbeda. (Siapa dan bagaimana riwayat tokoh Petruk monggo bisa diakses di wikipedia berikut ini : http://id.wikipedia.org/wiki/Petruk)


Kembali ke email yg tadi, setelah aku buka ternyata berisi tulisan bebas dari seseorang yang sayangnya nggak tertulis nama pengarangnya. Untuk dapat memahami secara lebih kritis dengan kemasan bahasa yang segar mungkin tulisan tersebut menjadi salah satu alternatif nambah ilmu terkait filosofi kepemimpinan versi budaya jawa. Oleh karena itu saya tertarik untuk ikut sharing tulisan tersebut buat temen-temen semua siapa tahu juga tertarik dan bisa mengambil hikmah. Sumonggo dinikmati ...

Menunggu Petruk Jadi Ratu
I

“Le… aku ngenteni Petruk dadi ratu…” Mbahku tiba-tiba nyeblung tanpa
ujung pangkal.

“Eling mbah..nyebut, but..but..” Sambil menimpali mbahku, bayanganku
tentang Petruk jumpalitan, Tinggi, hidung mancung, kulit putih
kemerah-merahan dan sialnya mata Petruk biru bersinar.

“Kangen Deandlles mbah” Aku nyeletuk setengah mengejek kerinduannya
pada jaman merah-putih-birunya.

“Kangen.. Ndasmu kuwe..” kromo inggilnya lansung mencolot plus ludah
yang nyembur dari bibirnya ketika melafalkan kata “Ndasmu“.

Kalau sudah begini, alamat kuliah malam gratis nih, jurus andalan
kusiapkan. Muka ngatuk, tampang memelas dan mulut disetel
angob-angoban. Pura pura tidur. Hapal siasatku Mbah merubah cara…

Plok !!

Sandal bandrol seberat setengah kilo yang terbuat dari bekas ban
tronton menimpa mukaku. Rasa pedes dan panas langsung menyebar dari
mukaku.

“Jiangkriiiik…..wedusssss..asuuuuu…” batinku langsung misuh-misuh, ya
hanya mbatin tentu. Karena bagaimanapun, aku tahu resiko bila kebun
binatangku sampai keluar melewati mulut, bukan cuma sandal, tetapi
selop, sepatu boot bahkan amben tingkat akan mengabil alih tugas
sandal bandrol. “Dan itu pasti UGD” pikirku jernih.

“Pernah membayangkan sebuah tatanan di jungkir balikan..?” Mbahku
langsung nerocos.

“Ya, itulah goro-goro le, Bumi gonjang-ganjing, langit
kelap-kelap…begitu biasanya dalang ngethuprus” Mbahku tiba-tiba
amnesia dan aku baru nyadar bahwa dia sama ngethuprusnya dengan ki
dalang.

“Setting situasinya jelas suasana yang ‘chaos’ dan ditandai gunung
meletus, bukit ambrol segoro sat dan panggeblug yang datang”

Begitu lah awalnya penderitaanku diperkosa oleh simbah yang rindu
jaman raja. Berjam-jam lamanya setelah itu, alamku dikuasai oleh
negeri entah berantah dan nama-nama yang walau kukenal tetaplah terasa
asing. Pada tarikan pertama sandal bandrol, selop, sepatu boot atau
amben tingkat lebih menakutkanku, sehingga mata yang sudah lima watt
mesti di guyur bergelas-gelas kopi agar bisa lebih mendhelo.

Lalu pelan-pelan, Semar, Petruk, Gareng dan Bagong mulai menari-nari
dalam setengah kantukku. Kentut Semar, hidung si Petruk, pengkrang si
Gareng dan suara sember si Bagong lama-lama terasa akrab mengisi
dimensi khayalku.

II

Goro-goro versi wayang kulit harusnya dimaknai sebagai simbolisasi
dari perlawanan terhadap kekuasaan yang dijungkir balikkan melalui
cerita. Bahkan para dalang jaman bahuela terbiasa mendemontrasikan
pemberontakannya atau ide-ide pembaharuannya pada sesi goro-goro ini.

Berbicara goro-goro tak nyamleng bila tak membicarakan lakon utama
dalam goro-goro itu sendiri. Ya, goro-goro atau jungkir baliknya dunia
adalah saatnya bagi punakawan tampil. Beberapa tokoh jelek jejogedan
dan uro-uro semaunya, cebang-ceblung ngalor ngidul omongannya tetapi
pesannya jelas.

Megahnya istana Atmartha atau Hastina di dilupakan, sebagai gantinya
suasana pedesaaan Karangkedempel atau Pecukpecukilan ditampilkan, ini
jamannya kaum kromo. Begitu tegasnya goro-goro.

Di tanah asalnya, di lembah Sungai Gangga dan Yamuna di selatan
Himalaya, konsep wayang punakawan sama sekali tidaklah dikenal. Dengan
kata lain konsep rakyat jelata dalam struktur wayang India juga tidak
tidak ada.

Dengarlah imbauan Manusmriti yang mengatakan, “… untuk menjalankan
tugas negara, Ksatria dan Brahmana harus bersatu, dan Sudra harus
menjalankan tugas yang telah digariskan. Sudra harus menekuni
kewajibannya sendiri. Tak boleh berpikir mengenai urusan negara”
Cerita wayang adalah cerita tentang para ksatria, para dewa dan para
raja dan tak ada tempat bagi para hamba.

Konsep punakawan adalah murni hasil pemikiran kerakyatan manusia Jawa.
Dia mewakili pandangan ideologis rakyat yang serong ke “kiri”,
sekaligus mewakili pandangan-pandangan akar rumput yang membebaskan.

Mereka melambangkan orang kebanyakan. Karakternya mengindikasikan
bermacam-macam peran, seperti penasihat para ksatria, penghibur,
kritisi sosial, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan.

Alkisah, di dasar samudera, seorang pertapa raksasa, Begawan Salantara
atau raja Gandarwa begitu biasa dia disebut. Berputra pemuda gagah bak
Casanova. Namanya Bambang Pecrukpenyukilan. Meskipun suka asbun,
Bambang Pecrukpenyukilan mewarisi kesaktian ayahnya, hingga di
kampungnya dia menjadi jejadug.

Merasa tak mendapat lawan setimpal di kampung, dia naik kedarat
mencari lawan untuk menjajal kesaktian. Beruntunglah, ada Bambang
Sukakadi, pemuda dari pertapaan Bluluktiba yang ingin menjajal ilmu
kebalnya.

Pertempuran gaya pasar pagipun tak terelakkan. Keduanya saling
menendang, memukul, menginjak, menyikut, mengigit dan brakotan.
Alhasil rusaklah badan mereka. Tanpa operasi plastik kedua pemuda yang
tadinya gagah berubah wujud menjadi dua sosok berwajah aneh dan
ancur-ancuran.

Untunglah sebelum perkelahian gaya bebas berakibat fatal datang Sang
Smarasanta alias Ki Semar Badranaya bersama jelmaan bayangannya,
Bagong (Bawor=Banyumas, Besut=Jawa Timur, Cepot=Sunda). Atas wejangan
Semar kedua pemuda itu tersentuh dan bertekad mengabdi seumur hidup
pada Ki Semar.

Sejak itu Bambang Pecrukpenyukilan berubah nama menjadi Petruk dan
Bambang Sukakadi berubah nama menjadi Gareng. Bersama Semar, Gareng
dan Bagong, Petruk menjadi panakawan, pengiring setia para ksatria
Pandawa. Dan kebetulan Petruk-lah yang ingin saya ceritakan kali ini
dalam kisah paling merakyat, Petruk Dadi Ratu.

Dhok..derodhok..dhok.. dhok… Sang dalang menghajar kothaknya untuk
memulai cerita.

Pertarungan baru saja di mulai, dengan mudahnya para ksatria Astina
dan Amarta yang dikagumi dan diyakini memiliki kesaktian tak
terbayangkan KO dalam sekali pukul. Sebuah negara kecil, Sonyawibawa,
muncul tiba-tiba di pojokan Astina yang agung. Mengaku berdaulat dan
menantang perang Astina. Hasilnya David mengalahkan Goliath. Dan
Petruk menjadi raja dan menghadiahi gelar pada dirinya sendiri Sang
Prabu Baginda Belgeduwelbeh Tongtongsot Upilkulegen Hanyokrowati
Mbaudendo Panato Senggomo’ne Kenya Limo.

Bagi Petruk menjadi raja adalah amanat, dan kesaktian yang bisa
mengalahkan para ksatria adalah kekuatan akar rumput yang sudah muak
akan penindasan. Kekuatan nurani rakyat yang tak dapat dikalahkan oleh
segala macam kesaktian andalan para ksatria. Dan Petruk adalah
semangatnya.

Petruk menjadi raja bukan karena dia marah dan mendendam pada para
majikannya. Dan dia juga tidak memiliki ajian mumpung, mumpung
berkesempatan memegang jimat Kalimasada. Petruk bukan itu. Dia malah
menawarkan kesempatan para ksatria untuk sejenak ijolan nggon
(bertukar tempat) dengan para hamba.

Petruk juga mengajarkan kepada para satria ilmu yang seringkali
dilupakan para ksatria. Ilmu mendengarkan, ilmu hidup prihatin, ilmu
ditimpa kesewenangan dan ketidakadilan, ilmu mengaduh tanpa suara,
ilmu menghamba tetapi berjiwa merdeka.

Karena jika ksatria mempunyai hati hamba, apalah susahnya hidup
sederhana? Jika ksatria mempunyai telinga, apa susahnya diam
mendengar? Jika ksatria bermata, apa susahnya melihat realita? Jika
ksatria berotak, apa susahnya mikir rakyatnya?

Jungkir-baliknya tatanan istana yang mulia bukannya tanpa sengaja oleh
Petruk. Tetapi karena memang bahasa Petruk adalah bahasa kampung,
udik, ndeso dan katrok. Petruk justru mengingatkan, tatanan hanyalah
tatanan, hukum hanyalah hukum dan nilai hanyalah nilai. Manusialah
yang harusnya menjadi tujuan termulia.

Ketika ksatria menjadi penghamba lekuk-liku birokrasi istana, guna apa
mereka bagi kawula? Bukankah raja ada karena ada kawula, dan raja
hanya dititipi amanah semata dan bertahta demi rakyatnya?

Bukankah tatanan, hukum, nilai atau apapun dibuat demi kesejahteraan
rakyatnya? Dan Petruk ingin meningatkan hal itu.

Petruk bukannya kurang ajar menembus hierarki, tetapi itu adalah
keniscayaan. Ketika semua saluran mampet. Dan kondisi menciptakan
penjegalan supaya yang dibawah tak bisa meluncur ke atas, ketika
kelompok atas enggan turun ke bawah, saat itulah Petruk sang pembebas
muncul. Dia menunjukan bahwa semua orang berhak berkuasa, semua orang
layak menghamba. Hanya akhlak dan kemampuanlah penentunya.

Dan Petruk tetaplah Petruk kejayaan tiadaklah menghapus
kesederhanaanya. Meskipun menjadi raja sakti madraguna kaya raya,
tetap dipilihnya permaisuri buruk rupa. Pas benar dengan dirinya.
Tidak mengumbar keinginan meskipun bisa.

Lihatlah ketika pelantikan dirinya, yang ingin ditontonya bukan
dansa-dansi atau opera yang ndakik-ndakik. Dia hanya ingin nonton
tayub dengan ledek yang bisa goyang ngebor mirip Inul. Hobinya pun
bukan langsung ganti dengan golf atau clubbing, tetap gobag slodor.

Dan ketika waktunya tiba, Petruk runtuh ketika harus berhadapan dengan
Bagong saudaranya sesamanya. Bukan dengan ilmu dan aji jaya kawijayan
bak ksatria. Namun dengan berkelahi gaya bebas khas pinggiran,
mbrakot, nyokot, nyuwek dan njabak. Ya gelut gaya pasar pagi, itulah
bahasa Petruk, bahasa Bagong, bahasa rakyat.

III

Malam berikutnya, justru ketika malam baru mulai beranjak. Kulihat
Mbahku sudah sare, tubuhnya terayun-ayun pelan seirama alunan kursi
goyang buntutnya. Nafasnya teratur sareh.

“Mbah wungu mbah, cerita lagi Petruk Dadi Ratu Mbah” kubisikan
permintaanku lirih tepat ditelinganya.

“Petruk Dadi Ratu Ndasmu po…!! Tangi le.. jo ngimpi.. Tangi..!!!”
sahut Mbahku terus, bleg… Tertidur lagi.

Kuambil jarit lurik dan sarung balinya dan kuselimutkan di dadanya
yang terbuka. Ah.. Mbahku masih saja selalu benar. Petruk Dadi Ratu
memang hanya hidup di dalam mimpi.

Rabu, Maret 24, 2010

Makelar Khusus (Marsus)



Sejak rekaman Anggodo Widjojo dengan sejumlah petinggi diputar di MK, istilah makelar kasus (markus) mulai populer..namun sebutan markus (makelar kasus) memang tidak dikenal dalam terminologi bahasa. Markus lahir seiring dengan fakta sosial. Tentu perlu kajian lebih mendalam untuk menemukan formulasi yang lebih tepat. (http://www.detiknews.com/read/2010/01/15/192729/1279597/10/istilah-makelar-kasus-versi-kabareskrim-polri)

Saya nggak mau ikut-ikutan ruwet membicarakan apa, bagaimana dan siapa markus tersebut mengingat tidak memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai untuk itu. Disisi lain isitilah ini saya coba analogikan pada situasi lain yang mirip tetapi memiliki konteks dan tujuan yang jelas beda. Meskipun tentu saja istilah markus yang "sudah terkenal" aja masih memiliki multitafsir, apalagi dengan istilah yang saya pakai mungkin ada yang akan bilang waah ngacoo ...atau halah maksa .. he he he.

Tidak apa-apa yang penting bagi saya adalah pada pemahaman esensi dan eksistensinya. Istilah yang saya pakai adalah "Marsus" yang merupakan akronim dari makelar khusus. Konteksnya pun bukan pada domain publik tapi lebih pada domain pengalaman internal/pribadi. Marsus ini memiliki peran sama seperti makelar pada umumnya yaitu mencoba menawarkan dan memberikan bantuan untuk menguruskan dan menyelesaikan suatu kebutuhan atau permintaan tertentu atas dasar kesepakatan dan aturan main bersama yang mengikat kedua belah pihak (ini juga terminologi versi saya lho ...xi xi xi)

Konteks kebutuhan internal/pribadi ini tentu saja lebih banyak yang bersifat informal, seperti misalnya mencoba mempertemukan "demand vs supply" dari anggota keluarga atau kerabat yang ingin "membersihkan harta" mereka melalui berbagai kegiatan sosial dan keagamaan. Dan kelihatannya selama ini bentuk kegiatan seperti ini menjadi porsi terbesar saya yang mungkin sesuai dengan istilah "marsus" tersebut diatas.

Kelihatan untuk bisa berperan selayaknya sebagai marsus yang handal juga membutuhkan bukan hanya keterampilan managerial yang unik tetapi juga "kecerdasan emosional" yang mungkin tidak sama dengan nilai dan etika yang terjadi dalam pola hubungan transaksional yang bersifat formal. Meskipun dari keduanya harus memilki koridor untuk mengukur kualitas dan kinerjanya yaitu tetap harus memenuhi kaidah good & clean governance antara lain meliputi akuntabilitas,transparansi serta profesional. Siapa dan bagaimana mengukurnya? tentu saja nggak harus menyewa semacam auditor khusus melainkan cukup dengan model pelaporan sederhana dan yang paling penting adalah siapa saksinya kalau bukan diri sendiri dan Yang Maha Melihat..

Marsus butuh kelegawaan selain kelegaan dari sisi waktu, pikiran dan tenaga bahkan juga dana, lalu apa yang akan diperoleh dari peran tersebut? ..hanya satu : kepuasan bathin yang luar biasa..... anda berminat? :)


Kelud, 24 Maret 2010

Minggu, Maret 14, 2010

Merasa Paling Berjasa ..


Mentari tak mungkin meniadakan bulan..
Meskipun sinarnya jauh lebih terang

Mentari tak sanggup menutupi bulan..
walaupun ukurannya jauh lebih besar

Mentari tak mungkin menyaingi bulan..
karena beredarnya mereka sesuai fitrah

Demikian juga,

Suami tak mungkin meniadakan peran istri
seandainyapun punya fisik lebih kuat

Suami tak mungkin sanggup menutupi eksistensi istri
sekalipun kedudukan pimpinan telah dilekatkan pada pundaknya

Suami tak mungkin bersaing dengan istri..
karena fitrahnya masing-masing haruslah beredar sesuai dengan orbitnya

Oleh karena itu,

Sungguh menggelikan manakala mentari merasa paling perkasa dibandingkan bulan ataupun sebaliknya..

Sungguh tidak bijaksana manakala suami merasa paling berjasa dibandingkan istri demikian juga sebaliknya.

Ojo adigang..adigung.. adiguno.


Kelud, 13 Maret 2010.

Kamis, Maret 11, 2010

Hari ini ..

Hari ini, seandainya kau masih ada usiamu akan mencapai 79 tahun..

Hari ini, seandainya kau masih hidup sejak subuh kau akan mendapatkan banyak telepon dari anak dan cucumu ..

Hari ini, seandainya kau masih hadir bersama kami, pasti akan ada acara sederhana untuk doa bersama dan didahului dengan wejangan yang menyejukkan rasa..

Hari ini, seandainya kau masih sugeng maka akan kucium tanganmu dengan penuh ketakziman sambil berkata lirih " selamat ulang tahun bu .." dan kau akan mengusap kepalaku serta mencium keningku sambil berkata lembut .."yo maturnuwun...tak dungoke mugo-mugo selamet bejo mulyo"

Hari ini, ternyata semua itu tinggal kenangan indah .. dan hari ini aku akan tetap bersimpuh dipusaramu untuk mengucapkan terimakasih atas segala kasih sayangmu seraya berdoa :

Ya Allah, limpahkanlah rahmat pada Ibu/Eyang Putri di dalam kuburnya, terangilah, padangkanlah, istirahatkanlah, harumilah dan gembirakanlah mulai hari ini hingga hari kebangkitan...

Ya Allah, jika Ibu/Eyang Putri adalah orang yang banyak kebaikannya, maka tambahkanlah kebaikan pada beliau. Dan jika dia berbuat dosa dan kekhilafan, maka ampunilah dengan rahmat-Mu. Peliharalah dia dari fitnah kubur dan siksanya, luaskanlah baginya didalam kuburnya, pisahkanlah bumi darinya, selamatkanlah dia dari siksa-Mu sampai hari kebangkitan dan masukkanlah dalam surga-Mu wahai sebaik-baiknya Penyayang dari Para Penyayang...

Amiiin.



Bergota, 11 Maret 2010

Kamis, Februari 25, 2010

KEMANDEGAN



Jari ini terasa kaku untuk mulai merambahi keyboard komputer .. tak terasa sudah hampir 3 bulan terakhir aku nggak mengupdate isi blog-ku . Kemalesanpun masih menggayut…

Bahkan untuk ngecek dan sekedar memberikan komen ringan terhadap tulisan sobat2 blogger lainnpun hampir tak sempat kulakukan ! Pikiranpun kian penuh…

Dimana saya dan mau kemana ? Ujung jalannya masih tampak remang-remang, sedangkan pelitaku minyaknya sudah mulai menipis. Kegelapanpun masih memekat ….

Perasaan jenuh merayapi kesibukanku ..ada banyak saluran yang kucoba buat pelampiasan , ada kalanya berhasil tapi seringkali sama saja. Afekpun kian menumpul …..
Ini mungkin yg disebut “kemandegan” .. roda ini terasa berat berputar pada porosnya yang mulai berkarat. Langkahpun masih saja limbung…..

Onani jiwa … mastubasi rasa… mungkin hanya itu yg masih bisa kunikmati ..agar “kemandegan” ini tidak menjadi sebuah keajegan abadi

Kamis, Januari 21, 2010

PULUNG - SUWUNG - GEMBLUNG


Pagi ini niatnya mau "melantai" begitu istilah yg dipakai sobat maya dr Natuna. Aktifitas jalan atau lari pagi kembali saya geluti sebulan ini kadang bersama BJ saya atau jika dia lagi dinas luar kota maka terpaksa sendirianpun nggak masalah.

Begitu membuka pintu pagar, sangat kebetulan lewat Mas Untung Surendro tetangga yang rumahnya sekitar 5 rumah saya. Dia seorang penyair "murid" dan pengagum sang Burung Merak. Setelah salaman lalu dia ngajak jalan pagi bareng sekalain mau nyari "bubur terik tahu" buat sarapan. Mumpung lagi sorangan karena BJ lagi dinas ke Jakarta, langsung saya iyakan ajakannya.

Kami jalan pelan sambil menikmati udara segar mengitari jalan paving yang mengitari kampung. Ternyata nggak terlalu jauh kami telah sampai ke tempat yang dituju, yaitu sebuah warung bubur di emperan rumah sederhana. Kamipun langsung pesan dua piring bubur plus dua teh panas sebagai pelengkap. Sambil menikmati bubur muncul obrolan ringan seputar gosip tetangga sesekali diselingi topik politik yang lagi memanas. Suasana "kampung" ditengah kota dengan keguyuban yang masih terasa kental dengan para tetangga juga mewarnai acara "njagong" kami. Setelah rampung makan dan membayar pesanan kami untuk sarapan anak dirumah, kamipun pamitan dan meluncur lagi menuju rumah.

Saat perjalan pulang, mas Untung tiba-tiba nyeplos "Saya punya ide untuk membuat tulisan dengan judul PULUNG - SUWUNG - GEMBLUNG untuk mencoba menggambarkan situasi kehidupan masyarakat saat ini" Saya sempat berhenti menatap ke dia.."Ini istilah apa lagi mas ?" tanya saya penasaran. Dia hanya senyum kecil " Begini oom (dia biasa memanggil saya "oom") secara singkat PULUNG artinya bentuk kemahsyuran/nasib baik yang diterima seseorang, jika dia masih memegang pulung maka apapun atau siapapun tidak akan mungkin menghalanginya bahkan menghancurkannya"

Saya diam menunggu, dia melanjutkan " Sedangkan SUWUNG alias "kosong" bermakna bahwa jika seseorang yang telah "ketiban pulung" dengan memperoleh tahta/harta/ilmu yang tinggi apabila tidak bijaksana dan hati-hati mengelolanya akan semua itu justru akan menyita banyak waktu, pikiran dan tenaga. Jika tetap berlangsung tanpa ada upaya pengendalian diri maka secara pelan tapi pasti kita akan terjebak dalam situasi dimana semua pulung yang selama ini dicapai akhirnya justru terasa "kosong" karena hampir kehilangan makna atau manfaat yang seharusnya ".

Langkah kami tak terasa sudah sampai di depan rumahnya. Sambil menghela nafas panjang dia meneruskan penjelasan singkatnya tentang arti makna terakhir "GEMBLUNG artinya setelah kekosongan terjadi dan kita tetap aja membiarkannya saja tanpa upaya mengisinya dengan berbagai bentuk hikmah pembelajaran maka jangan heran akhirnya muncul kegilaan yang makin merusak tidak hanya diri sendiri tetapi kepada siapa/apa saja yang ditemuinya.. kita akan makin tergila-gila bahkan terhadap sesuatu yang sebenarnya juga sudah tidak waras dari sononya..Kalau sudah demikian maka tunggu saja kehancurannya.." Dia menutup "kuliah subuh" pagi itu dengan menepuk pundak saya sambil berkata .." Ingat ya oom .. pulung - suwung - gemblung ini bisa terjadi pada siapa saja.."

Selasa, Januari 05, 2010

SEBUAH CERMIN JERNIH



Memang selalu menarik untuk dicermati dan kalau bisa diambil hikmah tentang keprofesionalan seseorang. Bagaimana tindakan dia terutama ditengah kondisi kritis yang memerlukan tindakan cepat & tepat, meskipun harus dihadapkan pada berbagai risiko, keterbatasan informasi dan benturan kepentingan diantara para pemimpin yang harus disikapi dengan cara yang bijaksana tanpa menimbulkan kerusakan/kerugian yang lebih besar!

Sudah cukup profesionalkah kita selama ini?? Sering kita sendiri menyangsikan jawabannya secara jujur, namun saat ini setidaknya ada sebuah cermin jernih yang cukup bisa menjadi tolok ukur seberapa jauh keprofesionalan seseorang, yaitu pada saat kita mencermati hasil wawancara SMI di Metro TV kemarin.

Ada link yg bisa didown load dari hasil wawancara tersebut yang saya ambil dari kiriman Muhammad Irfani Sahnur (Bina Nusantara University) di forum diskusi grup FB KPI SMI (http://www.facebook.com/topic.php?uid=186403684861&topic=13168) sebagai berikut:

Part1 : http://www.metrotvnews.com/bank_video/newsvideo/97130_1.flv#/Sri_Mulyani_Bicara_97130_1.flv

Part2 : --

Part3 : http://www.metrotvnews.com/bank_video/newsvideo/97130_3.flv#/Sri_Mulyani_Bicara_97130_3.flv

Part4 : http://www.metrotvnews.com/bank_video/newsvideo/97130_4.flv#/Sri_Mulyani_Bicara_97130_4.flv

Pada dasarnya saya sendiri bukan ahli ekonomi namun saya mencoba berempati & membuat analogi dari hasil wawancara tersebut sebagai berikut (sori kalau logika yg saya pakai mgkn nggak pas ya) :

Kalau ada pasien yang tengah meregang nyawa maka tindakan seorang dokter yang profesional adalah melakuikan penyelamatan sesuai dengan kaidah hukum & etika keprofesionalannya serta tetntu saja kewenangan yg telah dipercayakan kepadanya. Sedangkan sang Direktur & Wadir Rumah Sakit (RS) sudah tepat jika hanya memberikan penekanan tentang kebijakan aturan RS scr umum saja. Bahkan seharusnya kemudian mereka mau bersikap ikut melindungi tiap tindakan yang diambil sang dokter, bukannya malah menuntut hal-hal yang sifatnya relatif marginal/kurang urgen sesuai situasi gawat darurat saat itu yang justru mengganggu keberhasilan proses penyelematan nyawa pasien tersebut.

Seandainya nyawa pasien tak tertolong hanya disebabkan si dokter misalnya sebagai contoh ekstrimnya darus keluar/masuk kamar operasi demi membuat/menyerahkan laporan yg dituntut oleh pimpinan RS maka jelas yang dirugikan adalah semua pihak...! Dari sisi masyarakat/pasien jelas nyawa taruhannya, buat dokter adalah integritas & kredibilitasnya sedangkan pimpnan RS adalah citra yg buruk dr kualitas leadershipnya?

Oleh karena itu dari analogi sederhana ini maka penjelasan SMI di metro menurut saya sudah cukup jujur, transparan dan rasional dan itu semua mencerminkan secara jelas tindakan seorang yang profesional bukankah begitu ?