Selasa, Januari 05, 2010

SEBUAH CERMIN JERNIH



Memang selalu menarik untuk dicermati dan kalau bisa diambil hikmah tentang keprofesionalan seseorang. Bagaimana tindakan dia terutama ditengah kondisi kritis yang memerlukan tindakan cepat & tepat, meskipun harus dihadapkan pada berbagai risiko, keterbatasan informasi dan benturan kepentingan diantara para pemimpin yang harus disikapi dengan cara yang bijaksana tanpa menimbulkan kerusakan/kerugian yang lebih besar!

Sudah cukup profesionalkah kita selama ini?? Sering kita sendiri menyangsikan jawabannya secara jujur, namun saat ini setidaknya ada sebuah cermin jernih yang cukup bisa menjadi tolok ukur seberapa jauh keprofesionalan seseorang, yaitu pada saat kita mencermati hasil wawancara SMI di Metro TV kemarin.

Ada link yg bisa didown load dari hasil wawancara tersebut yang saya ambil dari kiriman Muhammad Irfani Sahnur (Bina Nusantara University) di forum diskusi grup FB KPI SMI (http://www.facebook.com/topic.php?uid=186403684861&topic=13168) sebagai berikut:

Part1 : http://www.metrotvnews.com/bank_video/newsvideo/97130_1.flv#/Sri_Mulyani_Bicara_97130_1.flv

Part2 : --

Part3 : http://www.metrotvnews.com/bank_video/newsvideo/97130_3.flv#/Sri_Mulyani_Bicara_97130_3.flv

Part4 : http://www.metrotvnews.com/bank_video/newsvideo/97130_4.flv#/Sri_Mulyani_Bicara_97130_4.flv

Pada dasarnya saya sendiri bukan ahli ekonomi namun saya mencoba berempati & membuat analogi dari hasil wawancara tersebut sebagai berikut (sori kalau logika yg saya pakai mgkn nggak pas ya) :

Kalau ada pasien yang tengah meregang nyawa maka tindakan seorang dokter yang profesional adalah melakuikan penyelamatan sesuai dengan kaidah hukum & etika keprofesionalannya serta tetntu saja kewenangan yg telah dipercayakan kepadanya. Sedangkan sang Direktur & Wadir Rumah Sakit (RS) sudah tepat jika hanya memberikan penekanan tentang kebijakan aturan RS scr umum saja. Bahkan seharusnya kemudian mereka mau bersikap ikut melindungi tiap tindakan yang diambil sang dokter, bukannya malah menuntut hal-hal yang sifatnya relatif marginal/kurang urgen sesuai situasi gawat darurat saat itu yang justru mengganggu keberhasilan proses penyelematan nyawa pasien tersebut.

Seandainya nyawa pasien tak tertolong hanya disebabkan si dokter misalnya sebagai contoh ekstrimnya darus keluar/masuk kamar operasi demi membuat/menyerahkan laporan yg dituntut oleh pimpinan RS maka jelas yang dirugikan adalah semua pihak...! Dari sisi masyarakat/pasien jelas nyawa taruhannya, buat dokter adalah integritas & kredibilitasnya sedangkan pimpnan RS adalah citra yg buruk dr kualitas leadershipnya?

Oleh karena itu dari analogi sederhana ini maka penjelasan SMI di metro menurut saya sudah cukup jujur, transparan dan rasional dan itu semua mencerminkan secara jelas tindakan seorang yang profesional bukankah begitu ?

3 komentar:

  1. Nampaknya tren menuduh "malpraktek" juga merambah ke disiplin ilmu lain, termasuk bidang ekonomi dan politik...
    Seandainya, seorang profesional yg notabene memiliki keahlian yang kompeten diBELENGGU oleh aturan yg saklek....kujamin deh...banyak dokter (termasuk aku)juga profesional2 lain (seperti SMI) yang akan "cuek" manakala terjadi situasi darurat yg membutuhkan suatu tindakan cepat karena takut di anggap malpraktek...ya kan...? Yang rugi siapa...? ya masyarakat sendiri...!! Itu yang tidak disadari oleh "orang2 dan oknum" yang berkoar-koar membela 'rakyat' dan hukum, tetapi kurang mengerti substansi masalah bilamana diperlukan suatu tindakan cepat dalam kondisi darurat.
    wis...wis...wiiisss....edan tenan!, lantas apakah profesionalitas macam itu yang harus di tunjukkan...? melontarkan cacimaki, mendiskreditkan orang lain dan melakukan pembunuhan karakter....? benar2 amatiran itu...!!!!!

    BalasHapus
  2. kalau profesionalisme politisi busuk ya konsisten ngaco dan sikut sana sini ya Cak..xixixi

    BalasHapus
  3. enuh dengan tontonan di televisi yang yang menyiarkan secara langsung rapat Pansus terkait dilema Bank Century, yang terkesan mempertontonkan “kekerasan” dalam beragumentasi namun kering dari substansi persoalan serta jauh dari nilai-nilai kepatutan , saya segera mematikan televisi.

    Saatnya menyejukan otak yang terlanjur ikut panas,….

    BalasHapus