Sabtu, Juli 18, 2009

The Family Man ...



Perjalanan darat yang kutempuh minggu ini menjadi pengalaman pertamaku yang mungkin nggak bisa terulang kembali. Bagaimana tidak jarak 1600 km kulalap hanya dalam 3 hari! Kali ini aku bukan pengin menceritakan tantangan dan pengalaman menarik yang kutemui selama perjalanan melelahkan ini, tetapi aku memotret dari sisi yang berbeda. Sisi lain itu yaitu pemaknaan dari satu episode menjadi kepala keluarga yang harus kerja pontang-panting demi pencarian sesuap nasi namun masih terbentur dilema karena disisi lain nggak ingin kehilangan tiap momen indah bercengkerama dengan keluarga ...


Dilema meninggalkan anak/keluarga karena tuntutan karir meski buat sebagian terdengar klise tapi buat saya pribadi ternyata sampai saat ini terkadang tetap memusingkan, alih-alih mau memberikan nafkah secara memuaskan yang terjadi mungkin malah bumerang buat kebahagiaan keluarga. Mengapa? mungkin saja dengan karir yang makin moncer maka uang makin tercukupi tapi yang kemudian muncul sebagai trade-off nya adalah sisi perhatian & jatah waktu berkumpul dengan anak kian tergerus...dan ini terkadang sungguh sangat mahal & sulit tergantikan dengan materi sebesar apapun!

Mungkin apa yang saya alami ini ada kemiripan dengan jalan cerita yang digambarkan dalam sebuah film berjudul "The Family Man"? sayang saya sendiri belum sempat menonton-nya, cuma membaca resensi singkat isi cerita dalam film itu. Paling tidak menurut pengalaman saya yang masih cethek ini, "dilema" terkait dominasi peran sebagai pencari nafkah dan peran sebagai bapak/suami terkadang nggak bisa semulus yang kita harapkan atau bayangkan sebelumnya saat di awal pernikahan dulu ..

Bisa jadi saya yang keliru mengapa harus membandingkan bukan menyandingkan dua kutub peran ini pada diri seorang laki-laki...? tetapi secara jujur disinilah letaknya perbedaan idealisme & value yang melekat pada diri masing-masing dari seorang kepala keluarga! Siapapun dia dan dari kalangan apapun dia, suatu saat akan mengalami sebuah persimpangan jalan yang sama ... Apakah cenderung akan menjadi figur layaknya the family man atau memilih figur lainnya? Bagaimanapun juga tidak ada yang salah dari semua pilihan tersebut ...asal dilakoni dengan penuh keikhlasan,konsekuen dan tentu sebisanya melalui cara yang bermartabat,benarkah?

16 komentar:

  1. aku termasuk istri yg beruntung ya mas, sejak nikah, BJ ku menolak dan nggak mau lagi ditugaskan ke tempat lain , di sini saja biar bisa bersama terus, ditinggal ke rumah sakit saja aku ndak bisa tidur apalagi ke tempat lain beberapa minggu. Alhamdulillah rejeki kami sampai sekarang lancar. Semua memang tergantung individu masing masing ya mas. Genug ist genug ... enough is enough kata orang ^_^

    BalasHapus
  2. yah...kayak di pewayangan mas...mulai dari 'suluk' ki dalang, sampe goro2 yg selalu dinanti. sudah merupakan garis kehidupan yg di atur oleh Nya...apapun ceritanya pasti menarik asal kita bs memaknainya...
    dan saat 'tancep kayon'...happy end...semua puas...

    BalasHapus
  3. hahaha,....sebuah pengulangan sejarah lama yang terus terulang. me too cah,..xixixi...sekedar melengkapkan (apresiasi) terhadap postingan ini saya tulis juga di blog aneh hehehe,...selamat bermalam minggu...

    BalasHapus
  4. @ Ely: bersyukurlah mba .. jarang yg bisa begitu, selamat malem minggu & salam buat your BJ (orang yg termsk beruntung di dunia ini)

    @Srex: benerrrr! kadang diri kita yg terlalu bodoh atau lupa utk sekedar bs memaknai tiap episode dr hidup & kehidupan ini..eh yg kamu maksud "tancep kayon" shg puas dan memuaskan itu arti harfiah atau yg sebenarnya ..? xi..xi..xi

    @BongAdamJun: wah ! aku malah nggak kepikiran sejauh itu sampai setua sejarah kebaradaaan manusia pertama dibumi ini ya bong ..hmmm betul juga kamu bong .. tks sdh melengkapi-nya berader.. selamat malem minggu buat kita yg sdh berkeluarga juga (bkn hanya utk yg msh cari pasangan) ha..ha.. toh kita kan jg manusia !

    BalasHapus
  5. @ Nita: jadi kuli intelek & kadang2 jd pengasong ilmu mbak .. di Univ Diponegoro Semarang :)

    BalasHapus
  6. Panjenengan termasuk Orang yang luar biasa Om.....tak ada kata yang terucap lagi selain
    un grande uomo!......(suami yang hebat!)

    BalasHapus
  7. makin tinggi p0hon makin kenceng angin.
    Makanya harus kuat2in p0k0k biar gak roboh. :)

    o0m fernando: bahasa turkey ya o0m? xixixi..

    BalasHapus
  8. @Aki Fer: non troppo lode, il Allah รจ Laudato

    @Mel: dibalik kesuksesan suami pasti ada istri yg luarbiasa, dibalik keberhasilan kepala keluarga pasti ada anak anak yang selalu menyejukkan hati .. tks nduk ..

    BalasHapus
  9. Benar Om...Om adalah seorang suami yang laur biasa...jarang ada seorang suami yang mau mengintrospeksi diri secara terbuka, kebanyakan yang ane temui tidak seperti ini, hanya yang penting mengumpulkan materi saja.....selamat berjuang Om!...hehehe
    >mel: Italy meel...italy...(papa turkye-mama italy)...xixixixi

    BalasHapus
  10. @ Fer: apa mungkin aku yg terlalu lugu/naif ya bro ... :) sama2 selamat berjuang sobat !

    BalasHapus
  11. lika liku pekerjaan ya Mas .. yang penting semangat, juga mneggunakan akal sehat,urusan pekerjaan dan keluarga bisa diseimbangkan,sukses ya
    PS:un grande uomo ! (ini bahasa italia,terjemahannya,suami yang hebat!)

    BalasHapus
  12. duh telat ya mampir di marihnya?
    ya semoga keharmonisan yang ada tetap akan terjaga :)

    BalasHapus
  13. Mas Buntet,
    suamiku jaoh...akuh blom hamil2 juga...akuh iri sm sampeyan!
    kayak apah nikmatnyah swatu kluarga...hik..hik,aw...

    BalasHapus
  14. Mas Buntet,
    suamiku jaoh...akuh blom hamil2 juga...akuh iri sm sampeyan!
    kayak apah nikmatnyah swatu kluarga...hik..hik,aw...

    BalasHapus
  15. @mr.P: sama2 sukses ya , bener sekali berader.. cuma ntar lebih meresap jk sdh bener2 punya momongan ..
    @Quinie:lebih baik dimarahin drpd telat sis ..xi..xi. tks ya doanya amiin
    @moerti: kalau jauh nembaknya pakai "keker" to mba ..biar nggak meleset ..ha..ha .. aku doakan semoga cepat dpt momongan biar nggak iri terus :)

    BalasHapus