Jumat, Maret 06, 2009

IBUKOTA YANG "TERBELAKANG"

Seringkali kolegaku saat berkunjung atau sekedar mampir ke kota Semarang, mereka cukup heran dan berkomentar begini.. " Mas, orang sini hobinya makan ya...tuh lihat seputar simpang lima hampir tiap malam selalu full tenda... dan rata-rata terisi semua ?"
Kalau aku ditanya demikian biasanya cuma bisa nyengir...bathinku " apa iya sih ?" ..aku sendiri termasuk orang yang jarang jajan ...sehingga untuk bales komentar tersebut jadi ragu-ragu juga..

Semarang "kota lunpia" ...itu yang kelihatannya masih terus melekat dibenak para tamu yang silih berganti berkunjung di kota satu ini. Idiom ini menggaris bawahi bahwa kehidupan di Semarang berkutat diseputar makanan ..yg artinya mgkn juga merefleksikan hobi dari para penduduknya. Tapi anehnya kalau aku ditanya ..." mas, sampeyan suka nggak makan lunpia...?", nah lo! ..sejujurnya aku termasuk yang kurang suka dengan lunpia, entah apa lidahku yang bermasalah atau memang seleraku yang terbilang aneh buat ukuran wong Semarang.

Selain komentar tadi, khusunya bagi kolega yang mau bisnis di kota ini terkadang juga menyindir tentang perilaku wong Semarang.. yang disebutnya sebagai "orangnya pelit...alias jarang mau membelanjakan uangnya terutama untuk hal-hal yang bersifat hiburan dan sebangsanya.." Sekali lagi aku biasanya jadi tambah jengah ... mau protes ..kok nggak cuma satu orang yang ngomong seperti ini .. tapi jika meng"iya"kan kok kelihatannya ada rasa "bersalah"...
Aku langsung teringat beberapa fenomena yang mungkin membenarkan komen dari kolega-ku tersebut, beberapa tahun yang lalu ada supermarket yang terpakas tutup/bangkrut (enggak jelas nasibnya) meskipun sudah berganti-ganti jenis usaha dan mungkin juga pemilik padahal dulunya sangat terkenal, ramai pengunjung dan terletak dilingkungan paling strategis di simpang lima dan didepan pasar Johar..
Belum lagi dilihat dari kelengkapan & kemegahan mall, hotel dan apartemen ternyata masih kalah jauh dibandingkan dengan Solo...!

Padahal Semarang menjadi ibukota Jateng bukannya Solo ...jujur aku sendiri jadi malu dan sekaligus iri kenapa kok kota ini demikian lambatnya berkembang...apa benar karena karakter orang-nya atau warisan budaya dan etos kerja-nya yang jadi biang keladinya ...atau mungkin Anda punya jawaban yang lebih pas teman?

8 komentar:

  1. Semarang sbenarnya kota yg cantik, mirip2 manado. Kalo pemandangan malam dari kota atas indah sekali, ada bukit2, kota bawah dan laut.,
    Problematika semarang kayaknya hampir sama dg kota besar lainya, kesemrawutan lalu lintas, tata ruang yg kacau, dan mulai ada pergeseran2 nilai2 budaya. Solo memiliki ciri budaya dan tradisi yg menjadi identitas mereka. Sedang semarang sbg kota perdagangan sejak zaman kuno, sekarang makin kelimpungan mencari jati dirinya.
    Apa gara rob? Situs2 kuno perdagangan pada ancur...

    BalasHapus
  2. Saya kurang begitu faham akan kota ini. hanya pernah beberapa malam disana ketika daftar AMNI (akademi Maritim Nasional Indonesia). namun Semarang adalah kota besar. dibalik itu kurang begitu faham

    BalasHapus
  3. Disinilah masalahnya Srex apa perlu kita dirikan kerajaan baru dulu ...stlh itu bisa kotanya jd lebih tertib & punya karakter budaya yg adiluhung ... eh kamu milih nama kerajaannya apa ya jk seandainya bisa bikin? ..kerajaan Gunung Brintik aja lah ...ha..ha..tks

    BalasHapus
  4. Makasih mas Icang komen-nya .. kapan tuh daftar ke AMNI? jika lebih dari 5 thn yll... seandainya Anda bisa kembali berkunjung ke Semarang ...mgkn bisa menilai scr sekilas kira2 apa ada perbedaan yg signifikan dr kota saya ini??

    BalasHapus
  5. Orang Semarang memang suka makan, tetapi yang "murah meriah". Apabila ada restoran baru, pasti penuh sesak, bahkan pakai acara antri segala.Tapi, kalau sudah 2-3 bulan, barulah kelihatan apakah restoran tsb memenuhi kriteria masyarakat Semarang apa enggak..(enak & murah)...waktu tsb yang menentukan apakah restoran tadi akan tetap eksis atau siap2 gulung tikar.Gimana nggak gulung tikar,kalau jumlah pramusajinya lebih banyak daripada jumlah pengunjungnya? Ironis memang,yang tadinya tamu sampai antri untuk dapat meja, kemudian menjadi lengang.Trus, pergi ke mana dong para pengudap tsb? Ya...balik lagi ke kaki lima yang "murah meriah" itu. Coba aja lihat yang parkir di depan warung2 kaki lima itu, kebanyakan adalah mobil2 mewah.Saya sendiri sempet terkaget2,kok pengusaha sekelas mereka mau makan soto yang rasanya "cuma segitu"...atau pecel, gudeg dll yang tempatnya sama sekali tidak representatif.
    Kalau ada restoran yang rame selain hari Sabtu & Minggu, bisa dipastikan sedang ada promo/discount dari card bank tertentu.
    Selain "irit",orang Semarang juga punya perilaku yang unik.Kalau pergi ke luar kota (Jkt,Bdg terutama), atau pergi ke luar negeri, pasti sibuk memborong barang2 bermerk atau barang2 yang di Semarang nggak ada yang jual. Melihat perilaku demikian, segera ada yang melihat peluang pasar.Maka dibukalah toko/butik untuk barang bermerk tsb.Tapi apa yang terjadi? Setelah barang yang biasanya mereka borong sudah buka outlet di kotanya, mereka sama sekali tidak berminat untuk beli...he..he..kecele..lalu 2 bulan kemudian butik/toko itupun tutup tanpa ada yang "ngonangi" saking sepinya.
    Begitulah perilaku masyarakat Semarang yang sulit ditebak, sampai2 di kalangan pengusaha, Semarang dijadikan tolok ukur.Mereka mengatakan, kalau sampai bisa menguasai/merebut pasar Semarang, untuk dapat eksis di kota lain mah..keciiilll...
    O,ya satu lagi contoh "kepelitan" orang Semarang soal hiburam. Berapa jumlah bioskop di ibukota Jateng ini?...cuma 2..ya..cuma ada 2 gedung bioskop di Semarang...itupun juga terisinya di hari Sabtu & Minggu oleh anak2 ABG.
    He..he.. dari tadi aku kok ngomongin perilaku orang Semarang...Lha aku ini orang mana? Aku? aku lahir di Semarang,gede di Semarang,cari nafkah di Semarang....tapi aku nggak kayak mereka yang aku omongin di atas. Aku lebih suka makan masakan rumah, ke mal sebulan sekali kalau pas ada "sale", jam 7 malam udah di rumah,nonton TV sampai ketiduran,nge-net pake speedy yang paket hemat....gubraaakk..lha kok malah tambah pelit dibanding sama yang diomongin di atas tadi...

    BalasHapus
  6. Setuju dg Bertha...memang orang semarang itu unik...gumunan dan kagetan.
    aku masih ingat belum lama saat di Citraland Ada bukaan baru "roti Boy" yg notabene aku sampe mblenger kalo lewat, aroma moccanya begitu menusuk...orang2 sampe pada antri keluar hanya mau beli paket 50rb...tapi setelah 3 bulan sampe sekarang ya sepi2 wae....justru yang tetap eksis ya tempat makan di seberang citraland, dekat matahari...itu loh..."warung tenda sego kucing"....hahaha,,identitas kuliner semarang sejak dulu, tetapi tidak diakui secara eksplisit...malu kali'...malah dengar2 Jogya sudah mengklaim sego kucing! wahh...payah tenannnn....

    BalasHapus
  7. hm,, makasih ya,, postingnya membantu sekali dalam mengerjakan tugas saya.
    orang semarang memang bisa dibilang aneh banget dalam segala hal. yang saya kurang mengerti adalah "kenapa orang semarang suka banget sama makanan yang rasanya aneh? lumpia? makanan yang manisnya bukan main? banyak makanan yang saya rasakan gak cocok buat orang2 pendatang seperti saya. gak tau kenapa. tapi aneh makan makanan yang manis tanpa citarasa gurih atau gabungan rasa unik yang enak di dalamnya...


    tentang kota yang seperti ini, saya rasa dari atasnya (pemda kota Semarang) saja sdh tdk becus mengurus kota Semarang. banyak potensi yang kurang atau malah tidak diurus dan dikembangkan. sayang sekali....
    saya pun sebagai orang Jawa Tengah ikut sedih memiliki ibu kota yang seperti ini... atau ibu kotanya kita pindah saja ke Cilacap? Ehehe,,

    BalasHapus
  8. @ bertha & srex ... persis itulah yg aku pengin ceritakan ttg wong semarangan ...asem ik ...kamso tenan yo ..hiks.hiks..dadi isin aku ..

    @ buat anonim, ayoo usul pindah aja sekalian di Nusakambangan biar ibukotanya Jateng tampil artistik dikelilingi segoro kidul ...tetanggaan dg Nyi Roro Kidul he..he..

    BalasHapus