Rabu, Juni 17, 2009

SAYA SUNGGUH RESPECT DIA !


Selama seminggu lebih jadi "single parent" dadakan karena my sweety sedang bertugas jadi dokter dari keluarga boss-nya yang sedang menikahkan puteranya di tanah suci sekalian umroh. Bukan tentang uniknya jadi single parent dengan 4 anak yang pengin saya ceritakan sekarang, tetapi tentang masa kritis yang tengah dihadapi my sweety...Saat ini dia harus membuat sebuah keputusan paling berani sekaligus paling penting yang akan mempengaruhi in the rest of her & may be our family life! Apa itu? yaitu sebuah keputusan untuk bersedia menapaki karier barunya dan harus meninggalkan karier lamanya! Kira-kira beranikah dia pindah karier? Saya jadi teringat postingan lama tentang "berani pindah karier?"

Bagaimanapun buat my sweety jika memilih karir baru itu laksana harus memutar jarum kariernya mulai dari titik NOL lagi!(pinjam istilah dari Mr.Psy-mukatebal) Pembuatan keputusan pindah karier buat dia khususnya memang tidak sesederhana dan semudah seperti yang dibayangkan seperti layaknya pindah topik atau cuma nulis komentar yang "asbun" (asal bunyi) seperti saat kita ngeblog atau fesbuk..! Mengapa? karena masih ada pertaruhan lain yang mesti dia hadapi bukan hanya terkait susahnya merintis karir baru saja. Tapi satu hal penting yang kadang saya sendiri lupa atau luput dari perhatian yaitu risiko munculnya perasaan tercerabut dari akar komunitas atau bahkan sampai hilangnya kebanggaan status yang selama 10 tahun ini dirintis & dinikmati. Disisi lain "rasa" ini kadang masih tersembunyi rapi dan sulit terucap secara langsung sekalipun oleh mysweety telah menjadi belahan jiwa saya selama 16 tahun. Manakala "rasa" ini tidak terantisipasi secara proporsional (bukan emosional) maka efeknya bisa jadi bumerang buat dirinya, saya dan seluruh keluarga. Lebih gawat lagi jika kita sendiri masih tetap cuek "rasa"..

Keberadaan dan pengaruh dari "rasa" ini sekali lagi terus terang memang masih sulit saya pahami`meskipun hal itu sudah coba dijelaskan oleh sahabat blogger saya yaitu dukun paling sakti dan sudah paling berpengalaman termasuk pengalaman dalam ngeblog, sehingga sudah seumur ini tak heran masih ada yang menilai saya ini kurang perasa dan parahnya lagi kurang pengalaman dalam menyikapi keadaan!!

Boleh jadi semua ketidak-pekaan & kekurang pengalaman saya memang bisa membuat dia gamang saat akan membuat keputusan yang memang sangat berat tersebut. Mungkin saat ini dia seperti tengah ada dipersimpangan jalan yang nggak mungkin mundur lagi jika sudah memasuki salah satu jalannya! Apa yang mesti saya lakukan untuk memperkuat hatinya dan menjernihkan pikirannya dan mengobarkan keberaniannya ..sehingga my sweety mampu menegakkan kepalanya dan menatap dengan penuh kejernihan untuk memilih langkah yang akan ditempuh buat dirinya maupun kariernya?

Sekalipun saya sudah memberinya kebebasan penuh untuk memutuskan yang terbaik buat dirinya, namun saya yakin apapun keputusannya kelak pastilah menjadi keputusan yang bijak, Mengapa? karena selama ini dia bukanlah tipe orang yang merasa dirinya sok tahu, egois atau keras kepala yang tidak peduli efeknya pada orang lain (mau positif atau negatif emang gue pikirin?) terlebih lagi jika orang itu adalah orang yang sebenarnya & seharusnya dia hormati, sayangi dan bahkan lindungi .. makanya selama ini SAYA SUNGGUH RESPECT DIA! ...

PS: Jo semoga kamu tak perlu merasa takut tersesat apapun pilihanmu.. cause you know that I will take care of you! love u jo ..mmmuuuuaaahhh !

Rabu, Juni 10, 2009

RASA AMAN ITU (HARUS) ADA ..!


Berbicara soal perasaan "aman" /security pada diri pasangan kita, pada umumnya pria beranggapan bahwa sisi emosional tak pernah terkait langsung dengan sisi "rasa aman" di diri perempuan. Mengapa? sekali lagi bagi pria kebanyakan akan berpandangan bahwa rasa aman lebih diartikan menurut ukuran materi tanpa ada urusannya dengan masalah emosi.. padahal menurut penelitian hal itu sangat salah buat sebagian besar perempuan!

Sehingga untuk lebih memahami apa arti sesungguhnya "rasa aman" yang didambakan oleh sebagian besar perempuan dan ini bisa jadi pedoman praktis bagi pria yang ingin memberikan rasa aman yang sesungguhnya buat pasangannya, maka berikut ini ada beberapa catatan menarik dari hasil studi di buku "FOR MEN ONLY", yaitu antara lain:

1. She feels that the two of you are close

Meskipun anda tinggal seranjang & bahkan sering melakukan hubungan sex bukan jaminan dia akan merasa "dekat" dengan anda ! Bagaimana cara untuk bisa merasa lebih dekat ? Ternyata denga hanya bahasa tubuh sederhanapun bisa...! misal anda cukup merangkul dia saat menyeberang jalan yang ramai..(atau anda juga punya pengalaman serupa lain ...silahkan dikonfirmasi ke pasangan kita masing-masing?) Satu hal lagi yang penting agar anda bisa lebih "dekat" dengan dia yaitu jadikan anda sebagai sobat kental-nya, tapi nggak harus sampai seperti temen ngerumpi/ngobrol, cukuplah bahwa anda menjadi orang yang paling tahu siapa dia sesungguhnya

2. She feels secure when you make time together a priority

Buat suami yang waktu, tenaga & pikiranya sering terkuras untuk urusan pekerjaan, maka situasi tersebut bisa jadi bumerang bagi rasa aman istri karena merasa harus berkompetisi "memperebutkan" alokasi waktu yang tersisa dari suaminya. Jika ingin menciptakan rasa aman, maka tunjukkan konsistensi bahwa waktu untuk bersama dengan istri anda tetap menjadi prioritas, meskipun tidak setiap ada waktu senggang berarti harus dihabiskan hanya untuk itu.

3. She feels secure when you demonstrate your commitment

Ada cetusan yang bisa menggambarkan situasi tersebut diatas : " I need to know that he will be there for me, no matter what. We have a good relationship, but I still need to know that he's not going anywhere-physically or emotionally !"

4. She feels secure when you are active in parenting and the life of the home

Serepot-repotnya pria untuk mencari nafkah, masih ada satu tugas lagi jika ingin pasangannya merasa lebih "aman", minimal kita mesti rela meringankan beberapa pekerjaan rumah yang selama ini dilakukan istri, semisal mengajak main anak-anak, mendampingi belajar mereka atau minimal anda cukup mengapresiasi secara tulus tentang pekerjaan domestik dari istri yang memang sungguh sangat berat dan melelahkan tersebut.

5. She feels secure when you do make an effort to provide
Usaha keras kita untuk mencari nafkah juga bisa mendatangkan rasa aman buat istri. Sering suami lebih berorientasi kepada hasil, sedangkan istri kita sebenarnya lebih melihat dan menghargai lebih pada prosesnya ! Memang idealnya adalah bisa seimbang.."ana obah bisa mamah" (ada usaha keras maka akan bisa mendatangkan hasil yang setimpal untuk menikmati hidup.. semoga)

PS :
Sebenarnya agak berat mempostingkan tulisan yang satu ini, disaat aku masih harus konsentrasi jadi single parent untuk sementara..(maklum my sweety sedang umroh ngantar boss-nya) Tetapi mengingat aku sudah pernah berjanji (terutama pada dukun dari gerombolan si berat maka alhamdulillah selesai juga ...)

Selasa, Juni 02, 2009

PETRUK DADI RATU


Mata ini masih terasa berat, saat adzan subuh melantun di masjid dekat rumah yang membangunkanku setelah lelap hanya 3 jam. Semalam harus ngelembur menyiapkan bahan yang mesti kubawa seminar di Depkes. Setelah mandi dan shalat, kami mesti bergegas ke bandara agar tidak ketinggalan pesawat pertama. Kesibukan mondar-mandir Semarang-Jakarta mungkin akan makin sering kulakukan, dan kali ini aku sengaja mengajak my sweety. Maksudku agar dia lebih paham tentang dunia pekerjaan suaminya dan siapa tahu juga tertarik untuk menapak karir baru sebagai konsultan kesehatan.

Setelah sampai bandara pas waktunya untuk boarding sehingga kami langsung naik pesawat, perjalanan ke Jakarta kami lalui dengan lancar. Sesampai di hotel tempat acara seminar di bilangan Casablanca, kami masih sempatkan diri untuk istirahat sejenak di dalam bar. Secangkir hot cappucino disambi sebatang udud cukup merilekskan pikiran… “Piye say, sudah siap beraksi?” kataku ke my sweety .. “Pokoke aku ikut aja Jo..” dia mengangguk sambil tersenyum… duuh mak nyeesss .. OK ntar kita coba bertandem yach ...

Selama 16 tahun pernikahan kami baru kali ini akhirnya tampil berdua dalam satu pekerjaan.. agak canggung …tapi bagaimanapun komitmen kami tidak akan berubah, yaitu kami tak mau bertandem secara permanen! Bukan apa-apa supaya tetep ada harmoni dan variasi aja …bayangkan akan terasa hambar & boring kalau kita ngobrol ternyata kok yang diomongin semuanya sama …?

Tepat pukul 9.45 acara seminar tentang pembuatan guideline Ante Natal Care (ANC) yang terintegrasi dimulai dan kami mengikuti dengan khidmat … tak terasa sehari penuh kami mendengar celoteh dan keluh kesah dari para pembicara tentang runyamnya fragmentasi yang terjadi selama ini dalam melayani kesehatan ibu hamil .. Saling kapling-mengkapling dan keegoisan antar berbagai pihak inilah yang akan dikikis melalui komitmen bersama yang diwujudkan dalam sebuah pedoman kerja yang terintegrasi.

Diakhir session kami dipanggil oleh panitia dan diperkenalkan kepada dua orang pentolan pemegang program di Depkes, sebut aja Ibu M dan Ibu D. Tahukah apa yang pertama-tama mereka ucapkan? "Oooh, ini to, konsultannya? Kenapa sejak tadi tidak diperkenalkan terlebih dulu pada saya?" Aku dan my sweety sempat melongo. Lho, bukankah staf beliau juga yang mengundang kami ke sini? … tapi dengan sigap aku bilang “ Nggih bu, maaf kami memang belum sempat ke kantor menghadap ibu, karena kami juga baru diundang saat ini”.
Ternyata itu belum sampai klimaksnya. Setelah basa-basi sejenak, kami mohon ijin untuk menghubungi kembali beliau berdua dalam rangka mendapatkan tambahan atau rincian informasi yang kami butuhkan dalam penyusunan pedoman program terintegrasi tersebut. Tiba-tiba beliau berkata, "Lhoo semestinya anda audiensi dulu dengan saya dan segenap staf saya, juga konsultan saya kalau ingin tahu program-program saya,". Dan sungguh tak dinyana, kami juga disindir, "Lho mas, kalau bertamu ke rumah orang itu seharusnya kulonuwun dulu dong!" ..alamak,hari gini masih harus pakai tata cara konvensional seperti itu ..? Aku dan my sweety terdiam lagi. Okelah, kami menyetujui untuk datang ke masing-masing bidang untuk beraudiensi. Dan karena kami bukan 'orang dalam' tentunya kami perlu mengatur jadwal untuk audiensi tersebut.
My Sweety: “Boleh minta Hp ibu ..? supaya nanti kami bisa janjian dengan ibu untuk menghadap ?”
Ibu M : “ Nih nomornya 08xxxxx .., tapi kalau mau ketemu yaa jangan janjian sama saya dong. Seharusnya you check dulu sama sekretaris saya."
My Sweety: “ Ooh maaf, nomor sekretarisnya kalau boleh tahu bu ..?”
Ibu D : “Lho, kalian itu gimana sih …nanya nomor sekretaris kok ke kita? yaa nggak mungkin hafal dong kita? Tanya lah ke kantor sana..."
My Sweety : "Baik ibu, kira-kira kapan ya ibu ada waktu agar kami bisa menghadap ibu?"
Ibu M dan D : "Waduuh, kami ini sibuk sekali. Seminggu ke depan saja kami sudah ada acara keluar kota untuk ini, untuk itu...belum tau saya"
My Sweety : "Baik, kalau begitu nanti kami menghubungi ibu lagi via hp? "
Ibu M : "Waduuh,telponnya ya jangan ke saya, nanti ngga saya angkat lho. Telpon aja-lah sekretaris saya"
Kami jadi bingung. Katanya, kami diberi waktu hanya 1 bulan untuk mengerjakan. Padahal bidang atau program yang terkait cukup banyak. Lha kalau tidak jelas kapan kami bisa audiensi, trus bagaimana?
Teman saya yang kebetulan menjadi salah satu staf dari ibu pejabat itu mencoba membantu, " Bagaimana kalau kita adakan audiensi lagi Ibu, untuk membicarakan lebih detil rincian program yang belum tuntas di pertemuan ini?"
Ibu M : "Waah, ngga ada waktu lagi, kami ini repot dengan berbagai acara. Ya sudah datang saja ke masing-masing program deh, nanti kami pertemukan dulu dengan seluruh staf kami"
Staf beliau " Jadi...kira-kira kapan mereka perlu sowan ibu?"
Ibu D : "Halah, kita ngga tau lah pak. Coba aja-lah cek ke sekretaris. Kalo kita ditanya yaa mesti ngga ada waktu, sibuk..."

Kesekian kalinya aku dan my sweety saling mengerling sambil tersenyum …hmmm … belagu amat sih nih orang! Itu kira-kira yg muncul dibenak kami..
Ironis ternyata fenomena “sopo siro …sopo ingsun” masih banyak terjadi dilingkungan para pejabat yang merasa diri paling berkuasa atau paling penting, sungguh menyedihkan sekaligus menggelikan..! Aku jadi inget sebuah lakon wayang "Petruk Jadi Ratu" ... mungkin perilaku mereka seperti petruk (punakawan) yang tiba-tiba berubah jadi ratu dengan segala kekonyolan polahnya ...

Teman saya tadi sempat pucat mukanya… dan begitu selesai pembicaraan tersebut… dia bergegas menghampiri saya .. "sori dik ya …seperti itulah dunia kami … “ Aku nyengir “tenang aja mas … kami maklum kok” Dia lalu menggandeng tangan saya menjauh sambil berbisik “ eh dik apa aku perlu memberi tahu mereka siapa kamu sebenarnya ?” …Gubrak !! “ Emang saya siapa to mas ? ..he..he. guyon mas. Jangan mas ….nggak usah ..ntar malah nggak enak .. biarkan mengalir seperti apa adanyalah “ sahut saya. Emang yang mau dia bilangin itu apa sih ? Mungkin dia punya prinsip “melawan api itu harus dengan api” … artinya untuk melawan “perilaku tengik” dari pejabat "ecek-ecek" ini akan cukup efektif menggunakan “gertak semarangan” … saya cukup bilang begini “Maaf Ibu-ibu, tadi ada salam dari bu Menkes, beliau wanti-wanti setelah acara ini saya diminta mampir kekantornya! “ …

(ini pertama kali hasil posting tandeman dg my sweety ... thanks ya say.. )